Kau bersandar saat luka membara,
menangis lirih tanpa suara,
aku diam, tak banyak bicara,
hanya bahu tanpa aksara.
Air matamu jatuh perlahan,
mengalir sunyi tanpa tujuan,
aku tetap dalam kesabaran,
meski tak kau sebut dalam ingatan.
Saat hatimu kembali cerah,
kau pergi tanpa gelisah,
aku tinggal dengan lelah,
tanpa jejak, tanpa madah.
Bila kelak kau merindu reda,
ingat ada yang pernah setia,
meski hanya sebatas sandaran saja,
tanpa nama, tanpa cerita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H