Di sudut kamar ini, ku duduk sendiri,
Menyusuri waktu yang perlahan beranjak,
Setiap detik, setiap menit, menghitung hari,
Menuju saat kita harus berpisah,
Di antara bisu dan canda yang tak lagi sama.
Satu, dua, tiga---hari terus bergulir,
Tawa kita masih terngiang, takkan pudar,
Namun bayang perpisahan menggantung di udara,
Seperti awan mendung di langit yang kelam,
Menanti waktu untuk menurunkan hujan.
Kau ajarkan arti setiap senyuman,
Dalam pelukan hangat saat kita lelah,
Kini, saatnya kuhadapi kenyataan,
Kita akan terpisah, meski hati tak rela,
Menggenggam erat semua kenangan yang ada.
Empat, lima, enam---hari beranjak pergi,
Rindu ini mulai menggelora dalam jiwa,
Walau jarak memisahkan kita nanti,
Namun jiwa kita akan tetap bersama,
Dalam mimpi yang tak pernah terpisah.
Detik ini kupersembahkan untukmu,
Setiap kata terucap adalah harapan,
Sampai jumpa, sahabatku yang tercinta,
Biarkan waktu yang memisahkan kita,
Tapi cinta dan kenangan takkan sirna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H