Lihat ke Halaman Asli

siti fatima

Mahasasiswi

Pagi yang Tak Pernah Tiba

Diperbarui: 22 September 2024   12:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di cakrawala yang suram,
tergantung janji akan pagi,
namun bintang-bintang tetap bertahan,
seakan enggan beranjak dari malam.

Setiap fajar yang dinanti
seperti ilusi di ujung jalan,
hanya bayangan di luar jangkauan,
yang tak pernah benar-benar menyentuh.

Gelap malam melingkupi,
menyapu dengan lembut,
sementara waktu mengalir lambat,
seperti sungai yang tak pernah sampai ke laut.

Pagi yang diidamkan
bersembunyi di balik awan kelabu,
sebuah mimpi yang tak kunjung nyata,
menjanjikan cahaya yang tak pernah datang.

Setiap detik terasa berat,
terasa seperti eon,
pada saat matahari memanjat,
namun tak pernah mencapai puncaknya.

Di tengah kegelapan,
ada harapan yang membara,
meski pagi masih jauh,
dan malam terasa tak berujung.

Namun dalam kesunyian,
ada pelajaran yang berharga,
bahwa bahkan dalam gelap yang panjang,
ada kekuatan dalam menanti.

Pagi yang tak pernah tiba,
menjadi kisah dalam hening,
dan dalam kesabaran malam,
kita menemukan arti dari menunggu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline