Lihat ke Halaman Asli

siti fatima

Mahasasiswi

Seutas Benang Dusta

Diperbarui: 6 Juli 2024   00:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seutas benang halus melintasi bibir,
Mengikat kata dalam kepalsuan,
Menyulam cerita dengan indah,
Meski berisi kebohongan yang tersirat.

Benang dusta itu menjalin jaring,
Di antara hati yang tulus,
Mengaburkan batas antara benar dan salah,
Menjadikan kejujuran semu.

Setiap helai benang berkilau,
Menipu mata yang memandang,
Mengikat erat dalam genggamannya,
Menjerat hati dalam dilema.

Satu kebohongan kecil tumbuh,
Menjadi simpul yang semakin kuat,
Menghubungkan cerita dengan tipu daya,
Menciptakan ilusi yang memukau.

Namun, benang itu tak selamanya kuat,
Ada saatnya akan terkoyak,
Di balik kilaunya yang semu,
Tersembunyi kelemahan yang nyata.

Ketika kebenaran perlahan terkuak,
Benang dusta mulai terurai,
Simpul-simpul yang dulu kokoh,
Luruh satu per satu, tak berdaya.

Di akhir jalinan kebohongan,
Terlihat luka yang mendalam,
Hati yang pernah terikat erat,
Kini bebas, namun penuh goresan.

Seutas benang dusta,
Tak mampu menyembunyikan selamanya,
Kebenaran akan selalu menemukan jalan,
Untuk bersinar di tengah kegelapan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline