Lihat ke Halaman Asli

siti fatima

Mahasasiswi

Jejak Hujan Menari di Atas Daun Kering

Diperbarui: 27 Februari 2024   10:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jejak hujan menari di atas daun kering,
Sedalam rindu yang tak pernah berhenti merayap.
Di senja yang merayu, embun berbisik,
Mengungkap cerita diam yang tak terucap.

Lembut sentuhan tetes air di atas rerumputan,
Menyiratkan kesepian dalam gejolak senja.
Jejak langkah waktu tak terelakkan,
Mengukir luka, merenda waktu yang kian berlalu.

Daun-daun kering menjadi saksi bisu,
Cerita hujan yang menari, mengurai resah.
Pada setiap simpul kenangan yang terjalin,
Jejak hujan dan daun kering bertemu dalam pelukan malam.

Lalu, dalam keheningan malam yang terpampang,
Jejak hujan berubah jadi lirik lagu kelam.
Daun kering terbawa angin, mengiringi sendu,
Sebuah puisi yang tak pernah usai ditulis waktu.

Hingga mentari menari kembali di ufuk timur,
Jejak hujan dan daun kering pun berdamai.
Puisi malam yang tlah terurai dalam diam,
Meninggalkan cerita pada jejak di tanah yang basah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline