Lihat ke Halaman Asli

siti fatima

Mahasasiswi

Lautan Air Mata

Diperbarui: 16 Januari 2024   02:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Di dalam gelapnya malam yang sunyi,
Bintang-bintang tak lagi bersinar memancar,
Hanya keheningan yang menyelimuti,
Dekap kehancuran yang menggenggam erat.

Bangunan megah runtuh tak bersisa,
Sejarah terkubur dalam debu dan lupa,
Puing-puing menumpuk, ingatan pun lenyap,
Reruntuhan menyaksikan masa yang pupus.

Lautan air mata mengalir deras,
Menghanyutkan sejarah dan mimpi-mimpi indah,
Duka cita merajai hati yang terluka,
Menanti cahaya, namun tak kunjung tiba.

Angin berbisik lirih, mengenang masa lalu,
Ketika alam dan manusia bersatu dalam harmoni,
Kini, hanya sunyi dan kesedihan yang menanti,
Di tengah-tengah kehancuran yang tak terbendung lagi.

Namun, dari kegelapan ada harapan yang terselip,
Dari puing-puing bangkit kembali semangat yang merdeka,
Kehancuran membawa pelajaran yang berharga,
Membangun kembali dengan jiwa yang lebih teguh dan sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline