Lihat ke Halaman Asli

SITI FADHILA WIDYA ARIANTI

Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan pendidikan guru madrasah ibtidaiyah

Ketergantungan Pada Algoritma Media Sosial, Ancaman terhadap Kualitas Berita dan Indenpendensi Pers

Diperbarui: 8 Oktober 2024   04:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Saat ini, ketergantungan akan media sosial sudah sangat lazim kita temui. Media sosial memberikan jangkauan yang mudah dan cepat. Banyak platform-platform digital yang bisa kita akses dengan mudah, seperti instagram, tik tok, twitter dan juga facebook. Seiring dengan perkembangan digital tersebut, banyak pekerja pers yang mulai beralih ke sosial media sebagai sarana untuk penyebaran berita. Mereka membuat konten-konten seputar berita yang diliput.Tetapi, permasalahannya adalah konten-konten di dalam media sosial itu bergantung dengan algoritma penggunanya.

Penyebab Ketergantungan Pekerja Pers Terhadap Algoritma Media Sosial 

Algoritma adalah serangkaian aturan yang kompleks yang digunakan oleh platform media sosial untuk menetukan konten mana yang akan ditampilkan pada beranda pengguna. Algoritma ini dirancang untuk memaksimalkan interaksi pengguna, seringkali dengan menyajikan konten yang paling viral atau kontroversial.

Untuk mencapai audiens yang lebih luas dan menjangkau orang-orang diberbagai belahan dunia, pekerja pers mulai mengikuti algoritma pada sosial media. Dengan menggunakan algoritma, interaksi dengan pembaca menjadi lebih maksimal. 

pekerja pers dapat langsung mengetahui berita apa yang dibutuhkan, diminati oleh konsumen dan pada gilirannya dapat meningkatkan visibilitas mereka.  Alasan lainnya adalah karena tingginya persaingan di industri media. Dengan mengikuti algoritma, media berusaha untuk tetap relevan dan tidak tenggelam dalam banjir informasi di media sosial, sehingga tetap dapat bersaing dengan lembaga pers lainnya.

Pengaruh Algoritma Terhadap Independensi Dan Nilai Berita

Berita yang disajikan sesuai dengan algoritma media sosial sering bertentangan dengan fungsi lembaga pers itu sendiri. Algoritma media sosial cenderung memprioritaskan kecepatan dan keterlibatan (likes, shares, comments), yang sering kali menyebabkan berita menjadi lebih dangkal, clickbait, atau bahkan tidak akurat. Jurnalis mungkin terdorong untuk lebih fokus pada headline sensasional daripada investigasi yang menyeluruh, dan hal ini mengurangi nilai edukatif dari berita.

Ketergantungan pada algoritma dapat membatasi kebebasan redaksi dan menyebabkan turunnya independensi dalam lembaga pers. Algoritma biasanya mendorong konten yang mudah viral, sensasional, atau emosional, sehingga media cenderung memprioritaskan berita yang akan mendapatkan lebih banyak interaksi daripada berita yang mendalam atau investigatif. Ini bisa mengurangi keberagaman perspektif dan kualitas pelaporan jurnalistik. Hal ini juga menciptakan “gelembung” di mana kita hanya melihat informasi yang menginformasi keyakinan kita, mempersempit perspektif dan memicu polarisasi.

Untuk mengatasi masalah ini, jurnalis harus memiliki tingkat literasi digital yang baik dan dapat membedakan informasi yang terpercaya dari yang palsu. Selain itu, media perlu mencari model bisnis yang lebih stabil, sehingga tidak terlalu bergantung pada iklan dan mampu memproduksi konten berkualitas tanpa harus terpaku pada tuntutan untuk mendapatkan banyak klik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline