Lihat ke Halaman Asli

Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda: Jelajah Tradisi dan Sejarah Legasi

Diperbarui: 26 Februari 2024   18:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minggu, 18 Februari 2024 Kelompok 13 Modul Nusantara Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM 4) Universitas Pendidikan Indonesia berkesempatan mengunjungi Tahura (Taman Hutan Raya) Ir.H.Djuanda. Kawasan ini dinamai sesuai dengan nama Ir.H.Djuanda, seorang tokoh perjuangan pada awal masa kemerdekaan. 

Tahura Ir.H.Djuanda merupakan salah satu kawasan konservasi yang terletak di kawasan Bandung, Jawa Barat, atau lebih dikenal dengan sebutan Dago Pakar oleh penduduk setempat. 

Untuk Wisatawan Nusantara sendiri, tiket masuk ke dalam kompleks Tahura dikenai biaya sebesar Rp9.000,-. Harga yang tergolong sangat murah untuk menikmati kurang -lebih 590 hektar keindahan alam yang tersaji, terbentang dari Dago Pakar hingga kawasan Maribaya Lembang, mulai dari hutan yang rimbun dengan kanopi yang rapat hingga sungai-sungai yang mengalir di antara batuan-batuan alami. Pepohonan tinggi yang kuat, serta flora dan fauna yang hidup di dalamnya memberikan gambaran tentang keindahan alam yang tak ternilai.

Namun, lebih dari sekadar keindahan alam, Tahura Ir.H.Djuanda juga menyimpan jejak sejarah kolonial seperti Goa Jepang dan Goa Belanda.

Goa Jepang

Goa Jepang yang terletak di Tahura Ir.H.Djuanda adalah salah satu objek wisata sejarah yang menarik untuk dikunjungi. Nama "Goa Jepang" sendiri merujuk pada goa yang digunakan sebagai tempat persembunyian atau markas oleh pasukan Jepang pada masa Perang Dunia II memanfaatkan bentang alam dan batuan keras yang disusun oleh endapan awan panas Gunung Sunda.

Dari papan informasi yang ditemui ketika mengunjungi Goa Jepang, diketahui bahwa Kompleks gua militer Jepang ini dibangun dengan cara melubangi dinding tegak perbukitan secara mendatar. Sitem gua yang saling tersambung melalui 4 pintu dan 2 lubang udara, untuk menghindari intaian dari kapal udara musuh. 

Gua ini merupakan sistem pertahanan militer pada masa pendudukan Jepang di Bandung pada 1942. Gua dipilih di dataran tinggi Pakar Dago, sebagai titik pengamatan ke arah Bandung. Fungsi lainnya adalah sebagai pos komando, jaringan komunikasi, dan penyimpanan logistik militer. 

Militer Jepang memanfaatkan sumber daya alam untuk kepentingan militer. Dikerjakan dalam waktu singkat, kuat dan strategis termasuk penggunaan firur alam. 

Gua digali pada lapisan endapan awan panas yang telah membatu (ignimbrite). Berupa jatuhan kerakal, kerikil, dan pasir yang membara, kemudian terelaskan. Sumbernya dari letusan Gunung Sunda Purba yang pernah meletus sekitar 105.000 tahun lalu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline