Bel jam kelima berdentang, bergegas aku menuju kelas 9 G. Kelas yang berada di ujung atas sekolah. Salam kuucapkan, dan satu anak si Fadli yang sering dipanggil Si Kompreng pun menjawab salam dengan suara cemprengnya.
Kertas folio garis kubagikan, untuk tugas menulis teks cerita inspiratif. Saat semua anak telah mendapat kertas, tiba-tiba ada terbang kertas yg dilipat jadi burung. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Si Kompreng.
"Fadli, ini kertas buat nulis, bukan buat mainan!", ucapku dengan nada tinggi.
Fadli hanya melihatku dengan matanya yang besar, seperti melotot.
Pembelajaran pun berlangsung, di sela-sela PBM, ada saja anak yang sibuk bermain HP. Segera kutegur. Fadli pun protes, "Ibu kenapa galak sekali?". "Bu guru galak saja kamu nggak nurut, bagaimana kalau bu guru lemah lembut?". "Tidak ada guru lain yang segalak Ibu". "Oh ya, ibu hanya ingin kalian disiplin", jawabku.
Fadli pun diam, tidak protes lagi. Walau tetap saja belum mau menulis. "Kenapa ibu tidak ceramah dulu? Ibu masuk tiba-tiba kasih tugas". Fadli protes lagi.
"Kalau saya ceramah, kalian tidak mau dengar".
Sampai bel istirahat kedua berdentang Fadli tetap saja belum mengerjakan tugasnya.
Mendidik memang bukan tugas yang ringan. Mereka muridku punya karakter berbeda-beda yang mesti dihadapi dengan berbagai cara dan kelapangan hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H