Lihat ke Halaman Asli

Siti Aryuni Muthmainah Fasya

Mahasiswa Jurnalistik Unpad

Tangan Kreatif dari Cemara Paper: Komunitas Daur Ulang Kertas dari Disabilitas

Diperbarui: 3 Juli 2024   16:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Bu Asti dan Pak Toto di ruangan Cemara Paper SLBN Cicendo. Sumber: dokumentasi pribadi (2024)

Kertas-kertas bekas yang dibiarkan hingga menjadi tumpukan seringkali berakhir dibuang. Di tengah kesadaran akan pentingnya perlindungan lingkungan, satu hal sederhana dapat menjadi tonggak perubahan: daur ulang kertas. Itu lah yang dilakukan oleh Bu Asti, pendiri Cemara Paper yang menyandang disabilitas dan suaminya, Pak Toto. Mengubah apa yang tampaknya hanya sampah menjadi produk bermanfaat, menginspirasi kreativitas dan mendukung keberlanjutan. 

Baginya, tumpukan kertas bekas bukanlah limbah. Melainkan bahan mentah untuk menciptakan karya seni yang menawan dan produk yang berguna, mulai dari alat tulis, kartu nama, bunga, payung, tas, kipas, casing HP, kotak tisu, dan masih banyak lagi. Prosesnya yang dibilang sederhana: dicacah, direndam, digiling, dicetak, dan dikeringkan, tetap memakan waktu yang lama hingga akhirnya menciptakan karya-karya indah dengan tekstur yang berbeda setiap hasilnya. Penggabungan antara kertas, tumbuhan, dan benihnya menunjukkan adanya inovasi yang dibuat Cemara Paper agar terlihat unik dan dapat terus dimanfaatkan, karena nantinya jika kertas sudah tidak dipakai, dapat ditanam dan akan kembali tumbuh menjadi tanaman. 

Cemara Paper berada di bawah naungan Biofarma sejak 2018. Saat itu, Cemara Paper tumbuh di tengah komunitas penyandang disabilitas sebagai bentuk pelatihan daur ulang kertas di Jl. Cemara. Namun, aktivitas terhambat karena adanya COVID-19. Tahun 2022, Cemara Paper berpindah lokasi ke SLBN Cicendo untuk kembali bangkit dan aktif menghasilkan karya-karya menakjubkannya. 

Tujuannya pindah lokasi dibangun karena kesamaan kondisi Bu Asti dengan para siswa. Sulitnya mendapat pekerjaan dengan kondisi yang dialaminya, menimbulkan kekhawatiran terhadap anak-anak di masa depan. Oleh karena itu, dirinya bekerja sama dengan SLBN Cicendo untuk menjadikan Cemara Paper sebagai kegiatan ekstrakurikuler. "Kepala sekolah sudah menyetujui, Alhamdulillah anak-anak juga sangat antusias. Kita berikhtiar saja semoga dapat bermanfaat, setidaknya untuk dirinya sendiri," jelas Pak Toto. 

Ketulusan yang bisa dirasakan dalam tutur kata dan pandangan hangatnya membuat saya meneteskan sedikit air mata. Selama perjalanannya dalam mengembangkan Cemara Paper, jatuh bangun tentu dirasakan Bu Asti juga suami. Namun, penghargaan dan kemajuan yang didapatkannya pun setara, bahkan lebih banyak dari apa yang diharapkan.

Kerja kerasnya mengikuti pameran di sekolah-sekolah Kota Bandung menuntun Cemara Paper berada hingga pameran nasional maupun internasional yang membuat karyanya berhasil dikenal hingga mancanegara. Dengan matanya yang berbinar, mereka ceritakan perjalanan hangat penuh keringat selama persiapan hingga kegiatan pameran. Bahkan sekarang, Cemara Paper membuka kegiatan pelatihan di berbagai sekolah, kampus, pesantren, kantor, dan yang lebih mengejutkan, sudah dipanggil untuk melakukan workshop di Kuala Lumpur.

Meskipun Cemara Paper sudah cukup terkenal di mancanegara, mereka mengakui bahwa pada kenyataannya, di Indonesia, bahkan Bandung sendiri, sulit sekali menemukan target pasar yang tepat. "Di Bandung susah menemukan target pasarnya, penjualannya sulit. Banyak yang belum paham mengenai daur ulang ini, setelah edukasi pun masih banyak yang mempertimbangkan di harga," ucap Pak Toto. Pemerintah pun tidak menyalurkan bantuan berbentuk dana maupun unggahan, mereka mengakui para mahasiswa dan pihak swasta lah yang banyak membantu Cemara Paper untuk peningkatan marketing dan lain sebagainya. 

Pak Toto mengakui, bahwa pasar produk upcycle di sini memang banyak tantangannya. Hanya orang yang benar-benar paham yang bersedia untuk membeli produk tersebut. Bahkan, penjualan melalui e-commerce pun tetap akan sulit. Sedikit dari mereka yang mencari produk hasil daur ulang. 

Tantangan-tantangan yang ada tak menjadi penghalang Cemara Paper untuk terus menunjukkan eksistensinya terhadap dunia. Didasari dengan kesukarelaan dan ketulusan, mereka percaya atas semua takdir yang telah direncanakan oleh Tuhan. Di ruang berukuran 15x4 meter Bu Asti dan Pak Toto terus mencurahkan kreativitasnya diselingi candaan dan gelak tawa yang membuat ruangan semakin hangat.  

Tidak hanya menyelamatkan lingkungan, Cemara Paper berhasil menyebarkan kehangatan melalui produk-produknya. Setiap lembar kertas yang diperbaharui menunjukkan bahwa potensi dan kebermaknaan bisa ditemukan dalam setiap usaha kecil untuk menjaga lingkungan kita. Salah satunya yang akan selalu saya ingat dan menyentuh hati, bunga merah yang terbuat dari kertas sebagai bentuk kenang-kenangan dengan harum khasnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline