Lihat ke Halaman Asli

Sitiana Azahra

XI MIPA 1 (29)

Panic Buying di Awal Pandemi, Menguntungkan atau Merugikan?

Diperbarui: 29 Agustus 2020   19:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

cachevalleydaily.com

Di awal pandemi COVID-19 yang melanda Indonesia membuat banyak masyarakat diserang kepanikan akan wabah tersebut. Rasa panik itu membuat masyarakat berbondong-bondong memborong masker, hand sanitizer bahkan sembako pun mereka borong dalam jumlah yang tak kalah banyak.

Kegiatan dari memborong segala macam barang seperti sembako dan lainnya yang dilakukan oleh para masyarakat Indonesia tersebut disebut sebagai panic buying. Panic buying atau dalam Bahasa Indonesianya adalah pembelian dalam keadaan panik, merupakan suatu kegiatan membeli barang dengan jumlah yang banyak yang mana dilakukan karena rasa panik ataupun khawatir bahwa akan terjadinya sesuatu hal yang buruk menimpa mereka.

Para masyarakat Indonesia melakukan panic buying ini dikarenakan kondisi mereka yang diserang oleh rasa panik akan hadirnya wabah COVID-19 di Indonesia, sehingga mereka mulai memborong segala macam kebutuhan seperti masker, hand sanitizer dan sembako karena mereka takut dan cemas kesulitan untuk mendapatkan stok barang dan untuk mengantisipasi kenaikan harga sembako dikemudian harinya.

Tidak hanya itu saja, alasan terjadinya panic buying juga dikarenakan kebiasaan masyarakat Indonesia yang suka mengikuti apa yang dilakukan oleh orang lain. Mereka melihat beberapa orang melakukan hal tersebut membuat mereka yang mungkin awalnya merasa tenang mejadi kalut dan cemas sehingga mengikuti juga kegiatan tersebut.

thejakartapost.com

Pada awal pandemi lalu di supermarket besar maupun sedang, banyak dijumpai antrean troli yang panjang dengan jumlah barang yang menumpuk tinggi ditiap troli-troli tersebut. Barang yang mereka beli pun tidak tanggung-tanggung jumlahnya, mereka membeli dengan jumlah yang besar bahkan satu orang bisa menghasilkan 2-3 troli.

Dengan rasa kepanikan akan kehilangan stok sembako membuat masyarakat Indonesia rela mengantre panjang dan mengeluarkan banyak uang untuk membeli bahan-bahan sembako dengan jumlah yang banyak. Semua mereka keluarkan agar mereka dapat merasakan kelegaan dan ketenangan.

Tetapi dengan dilakukannya panic buying tersebut memunculkan beberapa dampak. Dampak yang terjadi karena perilaku punic buying adalah meningkatnya harga bahan sembako dan barang lainnya. Mereka berpikir dengan membeli barang dengan jumlah yang banyak pada saat itu akan mengantisipasi kenaikan harga dikemudian harinya, tetapi perilaku tersebut malah membuat hargo sembako menjadi naik. Kenaikan harga ini dikarenakan sedikitnya ketersedian barang tetapi dengan banyaknya permintaan.

Selain itu juga dampak dari panic buying adalah banyaknya barang yang langka sehingga banyak orang yang sebenarnya lebih membutuhkan tapi mereka tidak kedapatan memilikinya. Karena hal itu pula, tiap-tiap supermarket telah membatasi jumlah bahan sembako agar tidak lagi terjadi pembelian dengan jumlah yang besar.

Panic buying memang bukan lagi suatu hal yang tidak lazim, karena tidak hanya di Indonesia dan tidak hanya pada saat pandemi ini, tetapi peristiwa ini telah terjadi di beberapa negara dan beberapa waktu lalu. Perilaku ini termasuk tindakan yang kurang baik karena dapat merugikan orang lain.

Oleh karena itu, seharusnya yang kita lakukan adalah jangan terlalu panik dan cemas. Percayalah dengan kebijakan yang telah ada yang dapat mengendalikan situasi tersebut. Memang kita diharuskan untuk waspada, tetapi tidak harus diikuti dengan rasa panik. Dengan keadaan kita yang tenang dapat membuat pikiran kita lebih jernih dan rasional.

Maka belilah barang-barang yang memang sekiranya dibutuhkan. Jangan membeli barang yang tidak terlalu dibutuhkan lalu kita timbun, karena hal tersebut dapat merugikan masyarakat lain yang sebenarnya lebih membutuhkan dari kita.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline