Lihat ke Halaman Asli

Siti Aisyah

Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam FUAD IAIN Pekalongan

Berkah di Desa Brekat

Diperbarui: 17 November 2022   12:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

45 hari telah berlalu begitu cepat, tapi kenangan Desa Brekat masih membekas. Dari awal Ketika menginjakan kaki di desa Brekat, sambutan hangat kami rasakan. Senyum rekah bahkan pelukan dari Ibu-ibu Desa Brekat yang menganggap kami seperti anaknya sendiri membuat hati kami terpaut. Brekat nama desa yang cukup unik di telinga kami, apalagi Brekat dalam Bahasa Pekalongan berarti makanan yang di dapatkan dalam berbagai acara yang berbau keagamaan. Seperti Namanya Brekat, warga disini sangat menyukai pengajian, atau dalam Bahasa tegal disebut dengan nama "Jam'iyahan".
Minggu awal kita di Desa Brekat bertepatan dengan bulan Rabbi'ul Awal, lebih tepatnya acara Maulid Nabi SAW. Kegiatan Jam'iyahan di Desa Brekat sangat beragam, bahkan untuk peringatan Maulid Nabi sendiri dikelompokan menjadi 3 jenis, untuk Bapak-bapak dilaksanakan sehabis maghrib di Masjid, Anak-anak dan remaja perempuan ba'da maghrib di rumah Pak Edi, sedangkan Ibu-ibu ba'da isya di masjid. Jam'iyahan lain yang diadakan di Desa Brekat seperti Fatayatan, Koin NU, Rutinan Jam'iyah hari jum'at dan masih banyak lagi.
Tepat pada malam pertama kami jam'iyahan, kami dipertemukan dengan wanita paruh baya bernama Jumaroh. Beliau merupakan tokoh masyarakat yang memiliki beragam bakat diantaranya memiliki suara emas. Senandung sholawat yang dilantunkan oleh beliau sangat menyentuh hati, mendayu-dayu hingga membuat candu. Sehabis jam'iyahan ternyata kami disuruh untuk mampir ke rumah beliau. Di sana kami diberi berbagai macam wejangan tentang kehidupan pribadi maupun rutinitas warga Brekat. Kami sangat kagum, diusianya yang tidak muda lagi semangatnya tetap membara. Beliau juga berjualan di Pasar Balamoa setiap pagi. Beliau sangat humble, bahkan meminta kami untuk memanggil beliau dengan sebutan "mama". "kalian semua anak mama, jangan bosan main ke rumah mama ya", kata mama Jum. Mama Jum bercerita bahwa setiap sebulan sekali seluruh warga Brekat mengadakan acara "koin NU", acara ini dialokasikan untuk anak yatim, dhu'afa, dan meringankan biaya pengurusan jenazah. Mereka menyisihkan uangnya sepuluh ribu dalam sehari.
Keberkahan begitu terasa di Desa ini. Ketika ada kegiatan jam'iyahan, warga berbondong-bondong untuk hadir, bahkan di usia sekitar 80 an keatas, suaranya masih lantang dalam membaca kitab barzanji tanpa menggunakan kacamata. Al-Barkatu hiya ziyarotul khoir yang artinya Barokah adalah bertambahnya kebaikan. Kebaikan begitu terasa di des aini.
Selain bertemu dengan sosok mama Jum, kami juga dipertemukan dengan Pak Ustadz Mukhsin. Beliau merupakan pengurus NU di Desa Brekat. Beliau bercerita tentang salah satu progam NU kiblatisasi yang belum terealisasi dari tahun kemarin. "Banyak orang yang menghadap kiblatnya belum pas dengan menggunakan perkiraan, padahal menghadap kiblat merupakan syarat sahnya sholat", tutur Pak Ustadz Mukhsin. Beliau meminta kami untuk membantu pelaksanaan program tersebut dan bahkan menjadi salah satu dari proker kami. Alangkah senangnya memiliki proker yang manfaatnya dapat kami rasakan bagi orang banyak baik di dunia maupun di Akhirat. Terimakasih teruntuk Desa Brekat yang memberikan banyak pelajaran hidup bagi kami.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline