- Positivisme, dikembangkan oleh Auguste Comte, menekankan pada pengalaman empiris dan metode ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang valid.
- Fenomenologi, yang dipelopori oleh Edmund Husserl, berfokus pada pengalaman subjektif dan makna di balik pengalaman tersebut, sebagai kritik terhadap pendekatan positivis.
1. Positivisme
- Menitikberatkan pada pengetahuan yang dapat diuji secara empiris.
- Menghindari spekulasi metafisik, berusaha menjelaskan fenomena melalui observasi dan eksperimen.
- Tiga tahap perkembangan pengetahuan (Comte):
a. Teologis (mitos dan agama).
b. Metafisik (konsep abstrak).
c. Positif (metode ilmiah). - Ciri-ciri utama: empirisme, objektivitas, verifikasi, dan penghindaran metafisika.
- Kritik: mengabaikan dimensi subjektif dan kompleksitas sosial, serta nilai dan etika.
2. Fenomenologi
- Menekankan pentingnya memahami pengalaman subjektif dan kesadaran individu.
- Menggunakan introspeksi untuk mengungkap makna di balik pengalaman.
- Prinsip utama:
a. Epoché (menangguhkan asumsi).
b. Essensialisme (mencari esensi pengalaman).
c. Kesadaran (hubungan subjek-objek). - Kritik: terlalu fokus pada subjektivitas, mengabaikan konteks sosial dan budaya.
Kesimpulan
- Positivisme: Berkontribusi besar pada perkembangan ilmu pengetahuan dengan pendekatan empiris, meski terbatas pada dimensi objektif.
- Fenomenologi: Memberikan pendekatan alternatif untuk memahami pengalaman manusia, dengan menyoroti makna subjektif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H