Selain 4 prinsip supervisi di atas, juga terdapat prinsip supervisi bahwa:
1. Prinsip fundamental/dasar
Setiap demikian, sikap, dan tindakan seorang supervisor harus berdasar/berlAndaskan pada sesuatu yang kukuh, kuat, serta dapat dipulangkan kepadanya. Setiap supervisor pendidikan Indonesia harus bersikap konsisten dan konsekuen dalam pengalaman sila-sila pancasila secara murni dan konsekuen. Sebab, pancasila merupakan prinsip fundamental bagi seorang supervisor. Seorang supervisor bia jadi kepala sekolah atau kepala madrasah tersebut, Prinsip dasar dalam melakukan supervisi atau pengawasan tentunya memerhatikan akan ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan kepada sesame manusia, adanya persatuan antara organisasi, mementingkan musyawarah, serta bersifat adil baik bagi orang melakukan supervisi maupun orang yang disupervisi.
2. Prinsip praktis
Prinsip praktis artinya semua berdasar pada pelaksanaan yang terjadi. Prinsip positif adalah pedoman yang harus dilakukan seorang supervisor agar berhasil dalam pembinaannya, sedangkan prinsip negatif merupakan pedoman yang tidak boleh dilakukan oleh seorang supervisor dalam pelaksanaan supervisi. Ada beberapa prinsip yang harus diketahui oleh seorang supervisor, yang terbagi ke dalam prinsip positif dan prinsip negatif.
Kepemimpinan merupakan aspek penting dari pekerjaan supervisor. Para supervisor bertanggung jawab atas kualitas guru & staf yang dipimpinnya. Oleh sebab itu, kemampuan pemimpin sangat diperlukan untuk mengemban tanggung jawab itu. Prinsip dasar kepemimpinan sebenarnya telah lama dikenal dalam sejarah umat manusia. Di kalangan masyarakat purba, kepemimpinan menyangkut soal kelangsungan hidup. Dalam suatu perusahaan masalahnya memang tidak segala itu. Namun, kepemimpinan merupakan faktor penentu bagi berhasil tidaknya pencapaian tujuan.
Seorang supervisor harus memiliki sifat atau keterampilan untuk memimpin anggota organisasi. Karena informasi tentang supervisor berbicara tentang apa yang dihasilkan dari output supervisi dan manusia yang kita supervisi. Faktor keluaran adalah tingkat hasil yang dicapai unit kerja yang merupakan petunjuk seberapa baik pencapaian seseorang yang telah direncanakan. Faktor keluaran ini mencakup produktivitas, kualitas, kemampuan laba (profitabilitas) dan efisiensi. Faktor manusia menunjukkan tingkat kerja sama dikalangan karyawan dan kepuasan pekerja di perusahaan bersangkutan. Ini termasuk kadar antusiasme, jumlah dan jenis komunikasi, tinggi rendahnya motivasi, komitmen terhadap tujuan perusahaan, serta tingkat konflik antarpribadi dan antar kelompok.
Jika supervisor tidak dapat bekerjasama dengan orang-orangnya untuk menghasilkan keluaran, unit kerjanya tidak akan mencapai tujuannya. Demikian juga halnya, jika supervisor tidak mampu menangani faktor manusia, kemungkinan besar akan merusak komunikasi dan timbulnya berbagai bentuk pertikaian. Gairah kerja akan menurun serta pegawai mangkir dan berhenti kerja akan menjadi masalah besar. Pada gilirannya, masalah-masalah seperti itu akan memengaruhi faktor keluaran, seperti target tidak tercapai, biaya lebih tinggi, dan kualitas produk tidak bagus.
Supervisi bisa terlaksana dengan baik jika semua yang terlibat dalam proses supervisi memiliki komitmen dan professional dalam proses supervisi yang ada. Hasil supervisi nantinya digunakan untuk perbaikan kinerja-kinerja aktivitas pelaksanaan kegiatan, dan guna untuk penyempurnaan aktivitas lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H