Lihat ke Halaman Asli

Juara Kelas Namun Tidak Kenal Dunia Luar

Diperbarui: 5 Januari 2024   00:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari senantiasa berganti, burung-burung pun telah berurbanisasi ke tempat yang lebih baik, penduduk di desa semakin berkurang, mencari peruntungan di tanah rantauan, dengan menjual berpetak-petak sawah dikampung sebagai bekal dan modal awal memulai usaha di tanah rantauan dengan harapan setinggi-tingginya.

Manusia tidak akan pernah cukup atas apa yang dimilikinya. itulah dunia yang senantiasa menjadi tujuan bagi mereka, tanpa memikirkan akibat dan dampak dari perbuataanya. Entah profit apa yang akan diperoleh, apakah laba ataukah utang yang semakin menumpuk.

Masalah yang ada bagi setiap orang adalah berbeda. solusi yang harus ditempuhpun tentu berbeda. masalah dan solusi adalah suatu rangkaian ibu dan anak yang senantiasa berjalan didepan dan dibelakang. Seorang ibu yang senantiasa berada dibelakang anaknya untuk menuntunnya berjalan, dan seorang anak yang memegang erat tangan ibunya, membawa nya kedalam kehidupan yang baik.

Sebagai seorang ibu kebahagian utamanya adalah keberhasilan dan kesuksesan anak-anaknya. Kesuksesan yang dimaksud adalah bermacam-macam, dan akan berbeda dalam setiap umur yang dijejaki dan masalah yang dihadapi.

Bagi orang tua yang memiliki anak dibangku sekolah, kebahagiaan utamanya adalah melihat anaknya berprestasi, menjuarai berbagai lomba, dan senantiasa mendapatkan juara kelas. itulah orang tuaku dahulu. 

Hingga sejak menapaki jenjang sekolah SD, SMP dan SMA yang kupikirkan hanyalah menjadi juara 1 di kelas, dengan belajar- sungguh dan menghiraukan berbagai pelajaran lainnya diluar kelas. bahkan kehidupan seorang remaja masa pubertas-pubertas waktu itu, yang konon orang bilang asdalah masa-masa terindah mengenal lawan jenis. Adalah hal yang mengurangi waktu belajarku.

yah, perjalanan hidup yang tak mudah bagi masa remajaku dikala itu, tapi suatu kesyukuran dengan kehidupan yang diplomasi oleh keinginan orang tua dan  aturannya menjadikan diri kerdil akan ilmu non akademik, dan hanya galak dan bisa mencerna dalam dunia akademik saja.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline