Lihat ke Halaman Asli

Jalan Berbeda Tiga Putri Bung Karno

Diperbarui: 10 Januari 2019   22:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiga putri Bung Karno: Megawati, Rachmawati, Sukmawati. (Foto: Istimewa)

Hari itu Jumat 21 Desember 2018. Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY usai melakukan pertemuan tertutup dengan Prabowo Subianto selama dua jam di rumahnya di kawasan Mega Kuningan, menyatakan akan lebih intensif melakukan kampanye memenangkan Prabowo-Sandi dalam Pilpres 2019. 

SBY dalam kesempatan itu mengklaim tidak pernah mengganggu dan minta pihaknya dan partai koalisinya tidak diganggu. 

Ia tidak menjelaskan siapa yang ia maksud telah mengganggu atau berpotensi mengganggunya.

Di situ ada Rachmawati putri Bung Karno, adik Megawati. Ia duduk di kursi roda dengan wajah mendongak. Ia Wakil Ketua Umum Bidang Ideologi Partai Gerindra yang Ketua Umum-nya adalah Prabowo Subianto.

Bagi yang sudah membaca sejarah, mungkin pemandangan itu adalah hal biasa. Tapi, bagi yang belum tahu mungkin bertanya-tanya kenapa adik Megawati ada di gerbong Prabowo-Sandi, bukan Jokowi-Ma'ruf yang diusung PDI Perjuangan yang Ketua Umum-nya adalah Megawati Soekarnoputri.

Berbeda dengan semua anak Pak Harto yang kompak di Partai Berkarya, tidak demikian halnya dengan anak-anak Bung Karno. 

Terutama tiga putri Bung Karno: Megawati, Rachmawati dan Sukmawati, sejak awal memang menempuh jalan berbeda dalam berpolitik. 

Rachmawati pada sebuah kesempatan mengatakan Megawati telah mengkhianati kesepakatan keluarga saat Megawati masuk PDI. Menurut ceritanya, keluarga bersepakat menjauhi politik begitu Orde Baru melebur PNI bentukan Bung Karno dan beberapa partai politik menjadi PDI.

Anehnya di kemudian hari Rachmawati pun masuk gelanggang politik. Sebelum di Gerindra, ia sempat di Nasional Demokrat. Ia keluar dari Nasdem karena kecewa Nasdem mendukung Jokowi-Kalla dalam Pilpres 2014. Partai pengusung utama Jokowi-Kalla adalah PDI Perjuangan yang dipimpin kakaknya sendiri.

Lebih ke belakang lagi, Rachmawati sempat membentuk Partai Pelopor namun tampaknya tidak berkembang. Tidak laku dijual, kasarnya.

Rachmawati tidak menyembunyikan perseteruannya dengan Megawati. Ia sering melancarkan kritik pedas, serangan frontal pada kakaknya itu, termasuk ketika kakaknya itu menjadi Presiden. Ia menyebut Megawati hanya memanfaatkan nama besar Soekarno, namun ajaran Soekarno yang diteruskannya tidak murni lagi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline