Lihat ke Halaman Asli

Jadi Dosen itu...

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Perkuliahan siang ini berubah menjadi kelas nasehat. Ada beberapa nasehat yang kutangkap dari dosen yang mengajar siang ini. Jadikan minggu pertama sebagai pertemuan yang berkesan. Itu salah satu nasehatnya. Jika minggu pertama itu berkesan, mungkin bisa membuat mahasiswa untuk semangat ke pertemuan selanjutnya.

Dari semua nasihatnya, nasehat yang paling berkesan itu ‘ngono ya ngono, ning aja ngono. Kelasku langsung riuh mendengar nasehat itu. Banyak teman-teman dari luar jawa yang ikut perkuliahan tidak mengerti nasehat itu. Beliau yang menyadari kondisi kelas segera memberi penjelasan.

“Secara bahasa bisa diartikan ‘begitu ya begitu, tapi ya jangan begitu’”

Teman-temanku bukan paham, malah tambah bingung. Hal yang wajar karena kata – kata itu memang sarat dengan makna filosofi. Kata – kata sindiran jawa yang sering digunakan untuk mengingatkan seseorang. Aku sendiri yang orang jawa kurang mengerti arti sindiran itu. Yang aku pahami hanyalah “kita boleh seperti itu tapi ya jangan keterlaluan”.

Beliau segera melanjutkan nasehatnya.

“Jadi dosen itu jangan terlalu memaksa kemampuan mahasiswanya dengan SCL (Student Centered Learning) sejak awal pertemuan, nanti ada mahasiswa yang kemampuan tidak berkembang. Namun, jadi dosen juga jangan selalu menerangkan di depan kelas dan menulis penjelasan di papan tulis seperti TCL (Teacher Centerde Learning), nanti ada mahasiswa yang hanya menerima tanpa memahami. Yang baik ya di-combine , dikombinasikan. Mungkin pertemuan pertama – kedua, dosen menjelaskan kemudian ada diskusi, persentasi dan yang lainnya di pertemuan selanjutnya.

Jadi dosen itu jangan killer – killer.Kalau terlalu killer, nanti mahasiswa akan menjauh dan tidak simpati dengan perkuliahan. Tapi juga jangan terlalu baik, nanti mahasiswa bisa seenaknya.

Mahasiswa itu perlu diberdayakan, tapi jangan dibebani tugas – tugas berat tiap minggunya hingga mahasiswanya butuh konsultan jiwa, tapi jangan pula terlalu memanjakan mahasiswa dengan tugas – tugas ringan hingga mahasiswanya tidak tertantang dengan materi kuliahnya. Cukuplah diberi tugas dengan tingkat kesulitan bertahap.

Jadi dosen itu kalau buat soal itu jangan susah – susah. Hanya untuk ujian semesteran, jangan ambil soal di buku tahun 50an. Soal ujian juga jangan gampang-gampang. Buatlah soal dengan tingkat kesulitan yang bertahap. Anggap saja soal terakhir itu yang paling sulit dan hanya bisa dikerjakan oleh mahasiswa-mahasiswa yang memang pantas dapat nilai A. Perkirakan juga waktu pengerjaan soal. Kalau perlu dosen harus mengerjakan soal itu dan menghitung waktunya. Kalau dosennya saja mengerjakan soal itu butuh waktu 2 jam, terus mahasiswanya butuh waktu berapa hari mengerjakan soal itu.? “

Itu sebagian nasehat beliau yang aku tangkap. Aku dan teman – teman mulai paham dengan nasehat beliau. Semoga aku dan teman-teman bisa menjadi dosen yang baik. Dan selalu ingat ‘ngono ya ngono, ning aja ngono meskipun aku tak begitu paham makna filosofinya.

Yogyakarta, 30 Desember 2013




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline