Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat essensial dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan. Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan. Pada prinsipnya pembelajaran kritis mensyaratkan penggunaan andragogi karena pengetahuan melibatkan kesatuan yang tetap antara aksi dan refleksi sebagai pendekatan daripada dengan pedagogy. Tetapi banyak pembelajaran yang bertujuan untuk membangkitkan kesadaran kritis ternyata dilakukan dengan cara pedagogi ataupun indoktrinasi.Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasi-mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan.
Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya baik.Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan.Keterampilan berpikir kritis meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan menyusun argumen. Selanjutnya mengenai kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau data.Seseorang yang berpikir dengan kritis akan memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural.Pembelajaran kritis mensyaratkan prinsip-prinsip pembelajaran yang bertujuan untuk memanusiakan manusia. yaitu merupakan proses dimana pendidik membantu peserta didik untuk mengenal dan mengungkap kehidupan yang senyatanya secara kritis.
Pada dasarnya, semua anak kreatif. Guru diharapkan memberikan stimulasi pada anak sehingga terjadi proses pembelajaran yang berpusat pada anak. Stimulasi dapat diberikan dengan cara memberikan kesempatan pada anak untuk menjadi kreatif. Ketika anak mengembangkan keterampilan kreatif, maka anak tersebut juga dapat menghasilkan ide-ide yang inovatif dan jalan keluar dalam menyelesaikan masalah serta meningkatkan kemampuan dalam mengingat sesuatu.
Proses mental sebagai proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukan ketrampilan lebih dalam menemukan dan membentuk pemecahan suatu masalah disebut sebagai problem solver. Cara untuk menjadikan anak sebagai problem solver dapat dilakukan dengan kegiatan memberikan stimulus berupa masalah-masalah yang perlu diselesaikan kemudian memberikan kesempatan kepada anak untuk memahami nilai danbekerja sama untuk mengkolaborasikan ide-ide mereka sehingga semua masalah itu dapat terselesaikan dengan baik seperti yang diharapkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H