Lihat ke Halaman Asli

Siti kholis komara

Penikmat kegaduhan pemikiran

Empat Gagal Paham Wabah Virus Corona

Diperbarui: 7 Maret 2020   20:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Wabah Virus Corona menyebar dengan sangat cepat ke berbagai negara menyebabkan kepanikan pada umat manusia. Beragam kejadian mengerikan dipertontonkan, kondisi warga Wuhan yang di isolasi, rumah sakit penuh sampai tak mampu menampung pasien, frustrasi para tenaga medis yang harus bekerja sangat keras sampai drama orang-orang yang terpisahkan karena virus Corona. 

Menghadapi wabah penyakit baru yang dengan cepat memakan korban, negara Cina sebagai negara asal virus ini segera mengambil langkah cepat dengan melakukan isolasi, mengeluarkan aturan setiap warga harus melaporakan kondisi tubuhnya setiap hari dan yang paling luar biasa adalah pembangunan rumah sakit khusus untuk menangani pasien yang terpapar virus Corona dengan fasilitas dan tekologi yang sangat canggih, tidak hanya Cina negara lain yang terpapar atau berpotensi terpapar segera melakukan tindakan preventif.

Menariknya dengan Indonesia, saat penyakit yang menyebabkan kelumpuhan pada berbagai sektor masyarakat semua negara dengan cepat mengambil langkah preventif agar tidak semakin banyak korban yang terpapar virus Corona, warga +62 yang budiman ini justru meresponnya dengan melakukan beberapa tindakan yang sangat tak terduga.

Pertama, mengambil kesimpulan wabah virus Corona yang menimpa kota Wuhan Cina adalah azab dari Allah atas kekejaman yang telah Cina lakukan kepada mayoritas muslim di sana. 

Hal ini jelas merupakan kegagalan berpikir dan pengambilan kesimpulan yang tidak masuk akal karena tidak ada hubungannya antara wabah virus Corona dengan tindakan deskriminatif kepada muslim, mulailah teori Cocoklogi bermunculan salah satunya adalah bahwa virus Corona sudah ditakdirkan oleh Allah buktinya ada di dalam buku Iqra’ dan Wuhan di isolasi karena telah mengisolasi umat muslim. 

Singkatnya pola berpikir di atas adalah sebab tindakan deskriminatif kepada umat muslim akibatnya terserang wabah virus mematikan. Tidak ada hubungannya tindakan deskriminatif dengan wabah virus Corona karena virus Corona muncul akibat tindakan manuisa yang mengambil Sunatullah yang salah yakni memakan hewan liar yang rawan terserang penyakit dan mengandung virus.

Kedua, virus Corona tidak akan menyerang umat muslim karena kekuatan doa. 

Tidak ada salahnya berdoa dan memang dalam Islam kita diperintahkan untuk berdoa pada Allah sebagai satu-satunya pelindung, hanya saja saat menghubungkan terbebasnya Indonesia dari wabah virus Corona karena kekuatan doa rasanya terlalu berlebihan dan menimbulkan kesan doa sebagai mantra penangkal penyakit yang berefek pada citra Islam dimata kaum terpelajar, seolah Islam adalah agama yang menawarkan solusi yang tidak masuk akal. 

Doa adalah ranah spiritual dan penyakit adalah ranah medis, bukan hendak memisahkan antara spiritual dan medis hanya saja saat ada masalah bukankah Islam mengajarkan untuk mengambil pendekatan yang sesuai dengan masalahnya “Serahkan segala urusan kepada ahlinya” jika menjadikan doa sebab tidak terjangkit Corona jelas menyesatan umat karena bisa saja ada yang memahami bahwa cukup dengan memperbanyak doa tanpa segara mengambil langkah nyata pencegahan akibatnya umat Islam terlambat melakukan pencegahan.

Ketiga, tindakan Gubernur Sumbar yang menyambut 150 turis dari Cina, saat hampir semua negara membatasi turis masuk ke negaranya karena kedatangan turis dari luar sangat berpotensi membawa virus Corona teruatama turis yang berasal dari Cina tapi Gubernur di Sumbar justru menyambut dengan gembira 150 turis yang berasal dari Cina. 

Terlepas apa pun motifnya tindakan Gubernur ini bertentangan dengan logika umum karena logikanya saat kita tidak ingin terpapar virus solusinya adalah hindari dengan menutup akses dan potensi virus itu masuk sedangkan dengan membuka dan mempermudah akses maka potensi virus itu masuk akan lebih besar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline