Konflik antara Palestina dan Israel yang terjadi beberapa puluh tahun terakhir ini telah menggemparkan berbagai pihak di belahan dunia. Penyerangan yang sudah melampaui batas kemanusiaan yang dilakukan oleh israel terhadap palestina menimbulkan banyak sekali kerugian bagi negara palestina. Banyak warga negara yang kehilangan hak asasi nya sebagai manusia karena adanya konflik ini. Anak-anak kehilangan orang tua dan masa kecilnya, remaja kehilangan kesempatannya untuk mengenyam Pendidikan, dan orang-orang dewasa yang kehilangan sumber penghidupannya. Selain merusak tatanan kenegaraan dan menelan korban jiwa yang begitu banyak dari segi fisik, penyerangan ini juga begitu nyata dampaknya bagi psikologis manusia. Siapakah yang tidak trauma jika di setiap pagi terbangun dengan suara peluru dan juga bom dimana-mana dan terkadang masih ragu untuk bangun karena berfikir sudah berpindah dunia, berlarian di siang hari untuk menyelamatkan diri dari ambruknya bangunan-bangunan dengan meriam yang juga beterbangan diatas kepala, tidak makan dan minum selama berhari-hari, terpaksa tertidur dengan segala mimpi buruk, tidak lagi peduli dengan tubuh yang penuh luka, dan itu terjadi untuk semua generasi tanpa memandang usia. Sadarkah kalian bahwa sejatinya Palestina begitu kuat, sehingga untuk menguasai dan menaklukkan Palestina sampai sejauh ini Israel masih membutuhkan bantuan dari negara lain dan itupun belum berhasil. Masa depan sebuah bangsa itu tergantung dari anak mudanya, Israel merasa anak-anak palestina adalah sebuah ancaman yang begitu besar sehingga mereka memilih memusnahkan masa depannya atau merusak psikisnya dengan pembantaian tanpa ampun.Psikologis adalah sesuatu yang menggambarkan keadaan jiwa atau mental seseorang, hal ini bisa berupa perasaan, pikiran, pengetahuan, dan hal-hal lainnya yang sifatnya abstrak atau tidak bisa dilihat secara langsung oleh panca indra (Kudiai 2022). Psikologis dapat berkaitan dengan hal-hal individu dan lingkungan sekitarnya (Djuwita and Ariyanto 2018). Manusia dengan psikologis normal mampu mengendalikan emosinya dengan baik (Nadhiroh, Yahdinil 2017). Bisa mendeskripsikan dirinya sendiri, bisa mengatasi tekanan hidup yang menimpanya, dapat bekerja produktif, dan dapat berkontribusi positif dalam ranah sosial. Dan untuk manusia dengan gangguan psikologis dia biasanya sering merasa sedih, memiliki kekhawatiran yang berlebihan, tidak mampu mengendalikan emosi, agresif, sulit berkonsentrasi, sering berhalusinasi, dan mulai menjauh dari teman ataupun lingkungan sekitarnya. Dari ciri-ciri di atas jika kita kaitkan dengan kondisi psikologis anak di Palestina dapat disimpulkan bahwa mereka mengalami gangguan psikologis. Bagaimana tidak?, jika mereka mulai dari kecil harus dihadapkan dengan kenyataan kehidupan yang penuh dengan tekanan dan ancaman. Mereka dipaksa untuk kuat dan sembuh dengan sendirinya, mereka marah, sedih, takut, dan sering merasa kehilangan, mereka sangat membutuhkan pendampingan secara khusus untuk menyembuhkan psikis mereka. Akan tetapi, dengan keadaan negeri tercinta mereka yang porak-poranda dan banyaknya korban yang juga harus ditangani, mereka tidak bisa mendapatkan penanganan khusus secara langsung. Sehingga, mereka perlahan sembuh dengan sendirinya. Perlu kalian ketahui bahwa anak-anak palestina yang sudah mengenal tuhan dan agama, mereka akan menjadi lebih kuat, cerdas, pemberani, dan bahkan tidak takut mati. Akan tetapi untuk balita dan juga anak-anak yang masih berada di bawah umur 3 tahun percayalah bahwa mereka sering mengalami ketakutan, mereka trauma, dan mereka merasa terancam, bahkan untuk bertemu orang lain. Mereka akan memberikan respon yang berbeda terhadap orang-orang yang mereka temui, hal itu sebagai bentuk pertahanan mereka. Ada yang menjadi lebih pendiam atau bahkan sebaliknya, yaitu menjadi lebih agresif. Sedangkan untuk anak yang berumur 4-6 tahun keatas, mereka mungkin trauma tapi percayalah tuhan telah memberikan keistimewaan kepada mereka anak-anak palestina, mereka sembuh dan tumbuh lebih cepat, memiliki pemikiran yang cerdas dan lebih dewasa dari pada anak-anak pada umumnya. Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kondisi psikologis anak di Palestina tidak baik-baik saja. Akan tetapi, situasi yang terjadi di Palestina memaksa mereka agar tumbuh lebih kuat, sembuh lembih cepat, dan menjadi lebih tegar dan tangguh untuk tetap mempertahankan negara tercinta mereka. Walaupun itu semua bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, tapi terbukti mereka mampu melakukannya. Karena mereka percaya bahwa tuhan bersama mereka, dan juga kebenaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H