Lihat ke Halaman Asli

Pelukan Tanpa Akhir

Diperbarui: 22 Desember 2024   12:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ibu 

Ibu,  
di matamu yang teduh,  
aku menemukan tempat pulang paling sunyi,  
di genggammu yang lembut,  
dunia terasa tak lagi sepi.  

Kau, matahari di hari-hariku,  
menyulam cahaya di gelap malamku,  
mengukir cinta tanpa kata,  
yang tak pernah habis meski waktu menua.  

Langkahmu, ibu, adalah doa,  
yang berjalan di atas kerikil tajam kehidupan,  
tangismu, adalah hujan di musim kemarau,  
yang selalu datang untuk memulihkan dahan yang hampir patah.  

Kau tak pernah meminta,  
namun selalu memberi,  
membiarkan lelahmu menjadi rahasia,  
sementara aku tumbuh dalam pelukan bahagia.  

Aku ingin menjadi langit,  
yang selalu menaungi langkahmu,  
aku ingin menjadi bintang,  
yang menyinari malam-malam panjangmu.  

Ibu,  
dalam doa yang kulantunkan,  
ada namamu yang tak pernah hilang,  
seperti akar yang menembus bumi,  
kau adalah alas hidupku yang abadi.  

Terima kasih, Ibu,  
atas cinta yang tak bertepi,  
yang menjadikanku  
seperti sekarang ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline