Ibu
Ibu,
di matamu yang teduh,
aku menemukan tempat pulang paling sunyi,
di genggammu yang lembut,
dunia terasa tak lagi sepi.
Kau, matahari di hari-hariku,
menyulam cahaya di gelap malamku,
mengukir cinta tanpa kata,
yang tak pernah habis meski waktu menua.
Langkahmu, ibu, adalah doa,
yang berjalan di atas kerikil tajam kehidupan,
tangismu, adalah hujan di musim kemarau,
yang selalu datang untuk memulihkan dahan yang hampir patah.
Kau tak pernah meminta,
namun selalu memberi,
membiarkan lelahmu menjadi rahasia,
sementara aku tumbuh dalam pelukan bahagia.
Aku ingin menjadi langit,
yang selalu menaungi langkahmu,
aku ingin menjadi bintang,
yang menyinari malam-malam panjangmu.
Ibu,
dalam doa yang kulantunkan,
ada namamu yang tak pernah hilang,
seperti akar yang menembus bumi,
kau adalah alas hidupku yang abadi.
Terima kasih, Ibu,
atas cinta yang tak bertepi,
yang menjadikanku
seperti sekarang ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H