Sungai Bedadung, yang menjadi salah satu sumber air baku penting bagi masyarakat Jember, kini menghadapi ancaman serius akibat pencemaran limbah rumah tangga dan industri. Penelitian terkini oleh (Munandar & Eurika, 2016) menyoroti bahaya pencemaran logam berat di sungai ini, khususnya pada ikan sapu-sapu (Hypostomus plecostomus), salah satu spesies ikan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan sapu-sapu yang ditangkap dari tiga titik sampling di Sungai Bedadung mengandung logam berat timbal (Pb) sebesar rata-rata 0,2563 ppm dan kadmium (Cd) sebesar 0,172 ppm. Berdasarkan standar SNI 7387:2009, kadar Cd pada ikan ini sudah melampaui ambang batas aman untuk konsumsi manusia. Cd dikenal sebagai logam berat yang sangat berbahaya karena bersifat akumulatif dan dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal, kerusakan sistem saraf, serta komplikasi kesehatan lainnya.
Meski kadar Pb masih berada di bawah batas aman, sifat bioakumulatifnya tetap mengkhawatirkan. Pb dapat terakumulasi dalam tubuh manusia melalui konsumsi ikan, yang berpotensi memicu berbagai penyakit seperti anemia, gangguan fungsi saraf, dan bahkan komplikasi reproduksi pada ibu hamil.
Sungai Bedadung menjadi lokasi berbagai aktivitas masyarakat, seperti mandi, mencuci, hingga membuang sampah. Sampah rumah tangga dan limbah industri yang mencemari sungai ini mengandung senyawa berbahaya, termasuk logam berat Pb dan Cd, yang berasal dari berbagai sumber seperti cat, plastik, pestisida, dan aktivitas industri lainnya.
Penelitian juga mencatat kualitas air sungai di beberapa titik sudah melebihi standar baku mutu. Misalnya, kandungan oksigen terlarut (DO) hanya mencapai 4,5 mg/L, di bawah ambang batas minimum 6 mg/L yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah Jawa Timur.
Ikan sapu-sapu sendiri merupakan ikan yang paling banyak ditangkap di Sungai Bedadung karena mampu bertahan di perairan tercemar. Dagingnya sering dijadikan bahan baku makanan seperti siomay dan otak-otak. Meski memiliki nilai ekonomi, fakta bahwa ikan ini menjadi medium pencemaran logam berat memerlukan perhatian serius.
Pencemaran logam berat memiliki dampak kesehatan serius baik dalam jangka pendek maupun panjang. Keracunan akut Cd dapat menyebabkan diare dan iritasi saluran cerna, sementara paparan kronisnya berujung pada kerusakan ginjal dan sistem saraf. Pb, di sisi lain, dapat mengganggu perkembangan otak anak-anak dan menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan pada orang dewasa.
Para peneliti merekomendasikan upaya serius untuk mengurangi pencemaran di Sungai Bedadung. Di antaranya, pembangunan tempat pembuangan sampah di sekitar jembatan-jembatan yang melintasi sungai, serta pengawasan ketat terhadap limbah industri. Mereka juga menekankan pentingnya penelitian lebih lanjut untuk mengukur kandungan logam berat pada jenis ikan lainnya serta pada sedimen sungai, mengingat air dari sungai ini digunakan sebagai sumber air baku oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Penelitian ini menjadi peringatan penting bagi masyarakat Jember untuk lebih peduli terhadap lingkungan, terutama mengingat Sungai Bedadung adalah sumber kehidupan sekaligus ancaman potensial bagi kesehatan.
Munandar, K., & Eurika, N. (2016). Diversity of Fish Economic Value and Heavy Metal Pb and Cd Content in Fish Hypostomus plecostomus in River Bedadung of Jember. Proceeding Biology Education Conference, 13(1), 717–722. https://jurnal.uns.ac.id/prosbi/article/view/5888/5274
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H