Siti Masitoh, Mahasiswi UNINDRA.
Bila sebelumnya penderita Diabetes milletus (kencing manis) dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi nasi sebagai upaya untuk mengurangi kadar gula dalam darah. Melalui teknologi rekayasa genetika penderita Diabetes milletus dapat mengkonsumsi nasi dengan aman tanpa khawatir kadar gula dalam darah melesat naik.
Hal ini dikarenakan nasi yang di makan berasal dari beras hasil rekayasa genetika yang mengandung insulin. Rekayasa genetika adalah suatu proses manipulasi gen yang bertujuan untuk mendapatkan organisme yang unggul.
Peneliti dari FKIP Universitas Dwijendra, I Putu Edi Purnawijaya, berhasil melakukan rekayasa genetika yang merekombinasi gen Escherichia coli (bakteri yang terbentuk secara alami dalam usus mamalia) dengan gen tanaman padi sehingga dihasilkan varietas baru berupa beras berinsulin. Hal ini menghapus anggapan bahwa insulin hanya bisa di dapatkan dari ekstraksi pankreas sapi atau babi.
Dalam pembuatan beras berinsulin selain bakteri Escherichia coli di butuhkan pula peran bakteri lain yaitu Agrobacterium tumefaciens untuk memasukkan gen asing ke dalam sel tanaman untuk menghasilkan tanaman transgenik.
Uniknya, insulin dalam beras ini menyebabkan sebagian besar glukosa di absorbsi langsung dan disimpan didalam hati kedalam bentuk glikogen.
Ketika konsentrasi glukosa darah menurun maka sekresi insulin menurun, glikogen dalam hati dipecah menjadi glukosa dan dilepas kembali kedalam darah untuk menjaga kembali agar konsentrasi glukosa tidak terlalu rendah. Akan tetapi kadar atau pengonsumsinya harus mengetahui tingkat dari penyakit diabetes itu sendiri.
Beras insulin seolah menjadi angin segar bagi sebagian penderita Diabetes milletus. Terutama bagi penderita Diabetes milletus anak yang merasa tidak nyaman, malu atau bahkan takut dengan terapi insulin yang mengunakan jarum suntik.
Seperti penggunaan tipe insulin dengan kerja cepat (rapid acting) yang mengharuskan penderita Diabetes milletus menyuntikan insulin tidak cukup sekali, bahkan tiga kali sebelum makan.
Sayangnya, meskipun sudah mengusung bioteknologi modern beras berinsulin ini belum bisa dipasarkan secara menyeluruh di masyarakat karena produksinya masih belum dapat mencukupi kebutuhan masyarakat.
Selain itu, efek samping yang di timbulkan dari pemberian beras berinsulin dalam jangka pendek ataupun jangka panjang masih perlu di teliti lebih lanjut.