Lihat ke Halaman Asli

Kartini Ku

Diperbarui: 21 April 2022   03:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Rachmah.... Uuuy... Rachmah
Panggilan yang selalu ku jawab dengan....
Punnnn.... Inggihh....
Takan pernah lagi ku dengar...
Dari mulut yang seharinya selalu bertemankan biji tasbih
Terkadang ku sempat protes dihati
Kenapa hanya rachmah dan mesti haras rachmah
Tak adakah nama yang lain....
Hingga tanpa sadar tanpa ku jawab panggilanmu
Rachmah... Uuuy... Rachmah....
Takan pernah lagi ku dengar senandung itu
Walau ku sangat amat berharap
Hingga tetesan air mata saja yang jatuh
Sebagai rasa penyesalan dihati
Mengapa....
Kenapa....
Kemaren harus ada rasa bosan ketika kata rachmah keluar dari mulut manis nan indah milikmu
Kasih sayangmu padaku tak terganti
Hanya doa disetiap denyut nadi ku yang bisa kubkiromkan pada mu
Sebagai balasan atas apa yang sudah diberikan padaku
Hingga ku merasa sangat bangga menjadi anak yang selalu ada disisimu
Diujung usia tuamu
Hingga kau meghadap Sang Pemilikmu
Alloohummaghfirlii waliwaalidayya warham humma kamaa rabbayaa nii shaghiiraa

Mama....

Kau kartini terhebatku

Suriteladan bagi anakmu...

Kau gambaran ibu terbaik dimasamu

Yang sudah mampu mengajarkan putrimu

Bagaimana sabar dan ikhlas demi berjuang dalam kehidupan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline