Pada abad 21 dimana perkembangan zaman terjadi begitu pesat, tentu berpengaruh terhadap dunia pendidikan, yang mana bidang pendidikan tentu harus mengikuti segala perubahan yang terjadi agar tetap mengikuti perkembangan zaman. Hal tersebut dapat dilihat dari kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, seperti kebijakan perubahan kurikulum yaitu dengan membuat kurikulum baru yaitu kurikulum 2022 atau disebut juga sebagai kurikulum prototipe. Berdasarkan riset yang telah dilakukan oleh kemendikbud ristek pandemi Covid-19 ini telah menimbulkan kehilangan pembelajaran literasi dan numerasi yang signifikan. Kemendikbud Ristek kemudian menyusun kurikulum prototipe sebagai bagian dari kurikulum nasional yang memberikan kemudahan bagi satuan pendidikan dalam mengelola pembelajaran jadi lebih mudah dengan substansi materi yang esensial. Terdapat tiga opsi kurikulum yang dapat dipilih oleh satuan pendidikan yaitu Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat (Kurikulum 2013 yang disederhanakan), dan Kurikulum Prototipe. Kurikulum prototipe bukan suatu kewajiban yang harus diterapkan pada satuan pendidikan, kurikulum prototipe ini diberikan sebagai opsi tambahan bagi satuan pendidikan untuk melakukan pemulihan pembelajaran selama 2022-2024. Kurikulum prototipe telah diujicobakan di 2.500 sekolah penggerak. Dalam uji coba yang telah dilaksanakan secara umum, guru memiliki respons positif terhadap kurikulum prototipe ini. Kurikulum ini dinilai mampu menjawab persoalan pembelajaran, sensitif terhadap keragaman karakteristik siswa, dan membantu siswa untuk beradaptasi dengan berbagai keterampilan baru, guru juga tidak dikejar-kejar target materi pembelajaran yang padat, guru lebih fokus pada materi esensial yang berorientasi pada kebutuhan dan penguatan karakter siswa, metode pembelajarannya lebih bervariasi, situasi belajar lebih menyenangkan bagi guru dan siswa, serta guru diberi kesempatan untuk mengeksplor potensi siswa lewat berbagai inovasi pembelajaran.
Kurikulum sebelumnya dan Kurikulum baru yang akan dilaksanakan, telah didesain dengan menelaah lebih lanjut apa saja yang menjadi kendala pada kurikulum sebelumnya. Dari sini dapat dikatakan bahwa salah satu tujuan perubahan kurikulum adalah untuk melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada pada kurikulum sebelumnya. Harapannya, dampak positif dari kurikulum baru dapat lebih meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Selain itu, terdapat penyesuaian dengan tuntutan perubahan zaman, karena zaman berkembang dengan sangat pesat. Berbagai aspek kehidupan termasuk pendidikan membutuhkan adanya perubahan-perubahan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan yang muncul. Fungsi kurikulum inilah yang akan menjawab tantangan masa depan akibat tuntutan perubahan zaman tersebut dan tetap mampu merealisasikan tujuan pendidikan.
Kurikulum 2022 atau dalam hal ini kurikulum prototipe dinilai lebih cocok diterapkan pada kondisi saat ini, yang mana pembelajaran dilakukan hanya pada materi esensial saja. Kebijakan yang diterapkan pada kurikulum prototipe ini diantaranya pada tingkat TK pendekatan pembelajaran yang menjadi lebih literasi, pada tingkat SD pelajaran IPA dan IPS disatukan menjadi IPAS, pada tingkat SMP mata pelajaran informatika menjadi mata pelajaran wajib, serta pada tingkat SMA. Siswa bebas memilih peminatannya pada kelas 11. Ditambah lagi pembelajarannya lebih mengembangkan kemampuan siswa yaitu melalui pembelajaran berbasis proyek. Seluruh kebijakan tersebut dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan siswa di abad 21 yang penuh tantangan ini. Selain siswa, kurikulum prototipe ini memberikan keuntungan bagi guru, yaitu guru dapat melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswanya (teach in the right level) dan melakukan penyesuaian dengan muatan lokal. Kurikulum prototipe ini bukan merupakan kurikulum yang wajib diterapkan oleh setiap lembaga pendidikan atau sekolah namun merupakan opsi yang dapat dipilih sehingga tidak memberatkan lembaga pendidikan atau sekolah.
Di sisi lain perubahan kurikulum ini dapat memberikan dampak negatif karena tidak tercapainya target pendidikan di awal penerapan hal ini biasanya disebabkan karena guru sebagai pendidik belum mampu menerapkan kurikulum baru secara menyeluruh. Guru harus benar-benar memahami kurikulum baru beserta komponen-komponennya jika ingin menerapkannya dengan hasil yang diharapkan. Sebaik apapun kurikulum baru yang dikembangkan, jika ujung tombaknya yaitu guru tidak mampu menerapkan dalam proses belajar mengajar dengan baik maka kurikulum tersebut tidak bisa berjalan lancar, selain itu Fasilitas yang kurang memadai, Di beberapa daerah, kadang-kadang fasilitas yang dimiliki sekolah menjadi kendala tidak berhasilnya penerapan kurikulum baru. Fasilitas yang dimiliki oleh masing-masing sekolah di Indonesia masih belum merata. Sekolah-sekolah yang ada di kota besar kemungkinan mampu memenuhi tuntutan dari perubahan kurikulum. Sosialisasi penerapan kurikulum baru membutuhkan waktu, Perubahan kurikulum tentu saja membutuhkan sosialisasi kepada guru-guru yang merupakan pelaksana di lapangan. Kurikulum baru harus mampu membuat semua guru memahami kurikulum baru supaya penerapan kurikulum baru itu berhasil. Sosialisasi sangat penting untuk memberikan pemahaman tentang tujuan, capaian yang ingin diraih, dan lain sebagainya dari kurikulum baru. Jika sosialisasi gagal, maka harapan kurikulum akan berhasil juga sangat kecil.
Opsi yang sedang di perbincangkan terkait perubahan kurikulum di tahun 2022 adalah kurikulum prototipe yang dimana masih diuji coba di beberapa sekolah karena setiap sekolah memiliki kedua opsi yang dimana bebas memilih sesuai sekolah masing- masing. Namun Kurikulum Prototipe masih belum dapat maksimal dilaksanakan dan diterapkan karena pada kurikulum darurat pun belum sepenuhnya mencapai maksimal dalam menerapkannya. Penerapan dan sosialisasi yang belum merata menyebabkan adanya sehingga pada keadaan dilapangan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Perubahan kurikulum haruslah penuh dengan pertimbangan yang cukup matang sehingga pemerataan untuk pendidikan pada daerah pedalaman dan perbatasan tidak terjadinya kesenjangan di dalam satuan pendidikan. Termasuk fasilitas sekolah yang tersedia pun menjadi salah satu kendala karena ketidak merataan sekolah, dengan pertimbangan yang dilakukan dan pemerataan akan mengoptimalkan perbaikan hasil belajar tersebut.
Abad 21 dimana perkembangan terjadi dengan pesat serta pandemi covid 19 yang terjadi tentu perlu disikapi terutama dalam dunia pendidikan, yang mana hal tersebut berpengaruh terhadap kebijakan pemerintah dalam perubahan kurikulum yang saat ini ditawarkan oleh pemerintah. Perubahan kurikulum 2013 menjadi kurikulum 2022 atau kurikulum prototipe perlu dilakukan apabila kurikulum 2022 ini dirasa mampu menjawab dan mengatasi permasalah-permasalahan yang ada pada kurikulum sebelumnya, sehingga kurikulum baru ini dapat memberikan solusi-solusi atas permasalahan yang ada. Jadi kurikulum diperbaharui secara berkala merupakan hal yang perlu dilakukan agar dapat mengikuti perkembangan dan tantangan zaman. Yang kemudian perubahan kurikulum ini perlu disosialisasikan dengan baik, pemerintah perlu membangun komunikasi sehingga sosialisasinya menjadi lebih jelas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H