Hubungan antara Income Tax Evasion dengan Tax Treaty.
Pendahuluan.
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang berfungsi untuk mebiayai penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan yang dapat digunakan sebesar-besarnya demi kemakmuran rakyat. maka dengan ini pajak disebut dengan fungsi budgeter. Namun demikian sering kali penerimaan pajak tidak dapat mencapai target yang telah di tentukan. Hal ini dapat disebabkan kkarena adanya tindakan wajib pajak untuk meminimalkan pajak melalui berbagai cara seperti salah satunya adalah dengan penggelapan pajak (Tax evasion).
WHAT, apa Hubungan antara tax evasion (Penghindaran pajak ilegal) dengan tax tretay (perjanjian pajak Internasional )
terletak pada tujuan dan mekanisme pengawasan perpajakan Internasional. dimana bertujuan :
- Mencegah Pajak Ganda: Tax treaty bertujuan mencegah pajak berganda yang dapat terjadi ketika suatu perusahaan atau individu dikenakan pajak di dua negara berbeda atas penghasilan yang sama. Tanpa perjanjian ini, penghindaran pajak bisa terjadi karena wajib pajak akan berusaha memanfaatkan perbedaan tarif pajak antar negara.
- Mengurangi Tax Evasion: Banyak negara menyepakati tax treaties untuk mengurangi potensi tax evasion yang dilakukan perusahaan multinasional dan individu yang memanfaatkan perbedaan sistem perpajakan antar negara. Dalam konteks ini, tax treaty sering mencakup ketentuan tentang transparansi dan pertukaran informasi antara negara, yang mempersulit pelaku untuk menyembunyikan penghasilan di negara lain.
- Penghindaran Pajak yang Lebih Terkontrol: Tax treaty membedakan antara tax evasion (ilegal) dan tax avoidance (legal tetapi agresif). Dengan adanya aturan ini, negara-negara dapat melacak praktik penghindaran pajak ilegal yang dilakukan melalui manipulasi transfer pricing atau penempatan laba di negara dengan tarif pajak rendah.
- Peningkatan Kerja Sama Pajak Internasional: Perjanjian ini juga memungkinkan adanya kerja sama antar-otoritas pajak untuk memonitor kepatuhan perpajakan. Negara-negara dengan tax treaty biasanya memiliki mekanisme mutual agreement procedure (MAP) untuk menyelesaikan sengketa pajak.
Dengan kata lain, tax treaty dibuat untuk mengurangi peluang tax evasion melalui transparansi, pertukaran informasi, dan kerja sama lintas negara.
Tindakan-tindakan dalam tax treaty (perjanjian pajak internasional) meliputi berbagai ketentuan dan prosedur yang dirancang untuk mencapai tujuan perjanjian, seperti menghindari pajak berganda, mengurangi penghindaran pajak, dan meningkatkan transparansi antar negara. Berikut beberapa tindakan utama yang sering terdapat dalam tax treaty:
1) Pembagian Hak Pemajakan: Tax treaty biasanya mengatur bagaimana hak pemajakan atas penghasilan dibagi antara negara tempat penghasilan diperoleh (source country) dan negara domisili wajib pajak (residence country). Hal ini bertujuan untuk menghindari pajak berganda.
2) Pembebasan atau Pengurangan Tarif Pajak: Untuk mengurangi beban pajak berganda, tax treaty sering mengatur tarif pajak yang lebih rendah atau pembebasan pajak pada jenis penghasilan tertentu, seperti dividen, bunga, atau royalti yang berasal dari luar negeri.
3) Aturan Permanent Establishment (PE): Tax treaty menentukan kapan suatu entitas dianggap memiliki kehadiran tetap (permanent establishment) di negara lain, yang berarti penghasilan dari negara tersebut dapat dikenakan pajak. Ini mencegah perusahaan asing menghindari pajak dengan mengklaim bahwa mereka tidak memiliki PE.
4) Ketentuan Anti-Penghindaran Pajak: Banyak tax treaty mengandung aturan anti-tax avoidance, seperti Limitation on Benefits (LOB) atau Principal Purpose Test (PPT), yang mencegah penyalahgunaan perjanjian pajak. Ini membantu menutup celah bagi perusahaan yang mencoba menghindari pajak dengan cara berpindah-pindah lokasi (treaty shopping).
5) Pertukaran Informasi: Salah satu tindakan penting dalam tax treaty adalah adanya ketentuan untuk pertukaran informasi antar-otoritas pajak negara-negara yang terlibat. Ini memungkinkan negara untuk memverifikasi kewajiban perpajakan wajib pajak yang berada di yurisdiksi mereka dan menindak pelaku penghindaran pajak.
6) Prosedur Penyelesaian Sengketa (Mutual Agreement Procedure, MAP): Jika ada perselisihan mengenai penerapan tax treaty, negara-negara yang terlibat biasanya dapat melakukan MAP untuk menyelesaikan sengketa secara damai. MAP membantu memastikan perjanjian pajak diterapkan secara konsisten.
7) Aturan Transfer Pricing: Tax treaty juga bisa mencakup aturan tentang transfer pricing untuk memastikan transaksi antara perusahaan afiliasi di negara berbeda dilakukan sesuai dengan prinsip kewajaran harga. Ini mencegah perusahaan multinasional memindahkan keuntungan ke yurisdiksi ber-pajak rendah secara tidak wajar.
8) Arbitrase Pajak: Beberapa tax treaty menyediakan mekanisme arbitrase jika sengketa pajak tidak dapat diselesaikan melalui MAP. Arbitrase memberikan pihak ketiga yang netral untuk membuat keputusan akhir.
9) Tindakan Anti-Base Erosion and Profit Shifting (BEPS): Beberapa perjanjian pajak juga disesuaikan untuk mengadopsi standar BEPS OECD, yang bertujuan untuk membatasi penggerusan basis pajak dan pengalihan keuntungan ke negara-negara dengan tarif pajak rendah atau nol.
Melalui tindakan-tindakan ini, tax treaty tidak hanya memberikan kepastian hukum bagi wajib pajak internasional, tetapi juga membantu negara-negara mengamankan pendapatan pajak yang sah dan meminimalkan praktik penghindaran dan penggerusan pajak.