Lihat ke Halaman Asli

Bertahan Demi Mengasah Pengetahuan Intelektual pada Masa Pandemi

Diperbarui: 13 Januari 2021   02:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada masa pendemi ini banyak sekali tantangan yang harus dihadapi oleh seluruh masyarakat mengenai agar tetap bisa bertahan dimasa -- masa sulit khususnya tantangan mengemban pendidikan dengan situasi yang tidak pernah disangka sebelumnya. Pendidikan adalah peran yang sangat penting bagi perkembangan intelektual manusia dan pendidikan adalah tempat untuk mendapatkan pengetahuan. Himbauan yang dijelaskan oleh Nadiem Anwar Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) mengenai pencegahan wabah Covid -- 19  yang mana dalam Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19). Pelaksanaan pendidikan dalam masa darurat ini adalah beralihnya konsep belajar yang tatap muka secara langsung menjadi konsep belajar yang melalui media yang artinya media pembelajaran jarak jauh dan tidak berinteraksi secara langsung. Hal ini tentu menjadi tantangan bagi semua kalangan dan seluruh civitas akademika di semua lembaga pendidikan baik sekolah Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menegah Atas, maupun pemerintah dan tentu saja yang sangat berpengaruh dalam tahap transisi belajar ini. mereformasi pendidikan dan menciptakan sekolah publik yang efektif, kreatif dan inovatif adalah suatu impian melalui media pembelajaran yang akan di gunakan pada masa pandemi, diharapkan dapat menyungsung energi progresifitas agar tidak ada perbedaan satu sama lain. menurut Kamanto, dalam sosiologi pendidikan haru mempelajari instusi lain, hubungan pendidikan dengan teknologi memberikan peluang untuk semakin berkembang dan melakukan sesuatu sesuai ddengan kaidah pendidikan dan teknologi khususnya pada masa pandemi saat ini. 

Pada prosesnya Kegiatan Bdik dan guru yang artinya mereka sebagai subjek utama yang menjalani proses media belajar, Jka pembelajaran dilaksanakan dengan benar benar meningkat melalui dialog, interaksi, elajar Mengajar (KBM) pada masa pandemi tidak mudah untuk dilakukan karena pada prosesnya kegiatan belajar mengar ini menimbulkan kesulitan terhadap guru dan peserta didik. Kesulitan yang dialami sebagai contoh adalah seorang guru kesulitan untuk menjelaskan secara konfrehensif mengenai materi pembelajaran sehingga proses belajar tidak maksimal selain itu guru atau dosen pun tidak bisa mengontrol secara langsung apakah seluruh peserta didik atau mahasiswa mengikuti kegiatan pembelajaran atau tidak. Kebijakan pemerintah dalam menerapkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ini menimbulkan beberapa keluhan dari beberapa pihak karena dalam mengimplemetasikan kebijakan baru ini harus adanya persiapan yang matang dari guru sebagai pendidik, karena beberapa guru yang sudah lanjut usia sangat ksulitan untuk mengoprasikan media yang akan dipakai dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ini sehingga hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para pendidik dalam mengembangkan pengetahuan intelektual dalam bidang tekonologi dan informasi dan juga para pendidik harus lebih ekstra dalam mengajar agar pesan dan materi yang diampaikan berhasil diserap dengan baik oleh para peserta didik.

Menurut Paulo Freire pendidikan tidak memihak pada kaum miskin mereka hanya memihak pemilik modal atau pemilik kekuasan sehingga pada kaum miskin mengalmai penindasan dan dijadikan pelayan oleh mereka yang mengabadikan sistem. hal ini menunjukan bahwa pendidikan semata -- mata hanya sebagai formalitas pendidikan untuk para kaum tertindas karena pada akhirnya mereka yang tidak ada dalam catatan akan menjadi pelayan atau buruh dibawah kaum penindas. Maka dari itu, pada proses pembelajaran jarak jauh yang mana setiap peserta didik diharuskan memenuhi persiapan untuk melakukan pelaksaan Pembalajaran Jarak Jauh, kesiapan mental dan modal yang harus menjadi landasan. kesiapan modal inilah yang menjadi hambatan dan secara tidak langsung terjadi penindasan terhadap peserta didik dalam dunia pendidikan. Modal yang perlu disiapkan pada masa Pembelajaran Jarak Jauh yaitu Perlengkapan dan peralatan sebagai media yang dipakai untuk menunjang proses pembelajaran, ada bebrapa peserta didik yang tidak mempunyai keberdayaan untuk memenuhi kesiapan tersebut karena tidak semua peserta didik memiliki handphone atau laptop dan biasanya mereka menggunakan ponsel genggam secara bergiliran tetapi disisi lain pendidikan dalam prosesnya menuntut harus bisa menyeimbangi peserta didik yang lain yang bisa dikatakan mmapu memenuhi persiapan proses Pembelajaran Jarak Jauh. Menurut Jirman sebagai peserta didik dia merasa ksulitan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran di masa pademi ini "Saya gak punya handphone kak, jadi saya juga bingung kalau pagi absen saya pake hp siapa dan bagaimana, sementara handphone yang ada dibawa narik ojek online sama bapak saya" tutur jirman pada saat di wawancara. Jirman adalah seseorang yang kurang mampu dan pada masa pandemi ini dia harus berjuang untuk masa depannya, dia selalu berusaha sebisa mungkin mengikuti pelajaran setiap harinya walaupun adanya keterbatasan media yang digunakan.

Dengan adanya tatanan sosial yang tidak adil seperti penindasan, eksploitasi maka adanya ketidakbebasan kaum tertindas untuk mengembangkan kemampuan intelektualnya, adanya batasan yang tidak bisa ditempuh dan tidak ada kebebasan karena cenderung menuntutt hal yang belum tentu seluruh peserta didik dapat melakukannya. Pada hal ini pengertian dan perhatian guru atau pendidik sangatlah diperlukan karena jika tidak akan menyebabkan turunnya semangat belajar pada peserta didik karena merasa tidak mampu menyeimbangi peseta didik yang lainnya tetapi jika dikaitan kepada pemikiran Freire bahwa penindasan itu bukanlah sesuatu hal yang tidak dapat diubah setiap orang yang mengalami nya harus paham bahwa penindasan adalah hanya pembatas hanya penghalang yang bisa mereka ubah jika adanya semangat emosional dari kaum yang tertindas.

Dalam hal ini para kaum tertindas tidak melihat adanya kekuatan dalam dirinya yang mana bisa dilakukan atau bisa dijadikan sebagai peluang untuk menjadi sumber kebangkitan humanis dalam pendidikan. Maka dari itu, peran guru sebagai pendidik sangatlah penting dalam membangun kekuatan emosional dan perkembangan untuk maju, tidak hanya berfokus pada kaum pemilik modal tetapi juga guru harus bisa menciptakan keseimbangan di semua kalangan peserta didik, menciptakan suasana nyaman dan pengertian bagi peserta didik agar terjalin hubungan antara guru dan peserta didik sehingga peserta didik merasa diayomi dan tidak segan -- segan untuk bercerita apa kesulitan dia pada saat belajar terutama pada masa Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Abdillah, R. (2017). Analisis teori Dehumanisasi Pendidikan Paulo Freire. Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam, 2(1), 1-21.

Freire, P. (2003). Pendidikan Masyarakat Kota. LKIS PELANGI AKSARA.

Freire, P. (2000). Pendidikan kaum tertindas. LP3ES.

Napitupulu, R. M. (2020). Dampak pandemi Covid-19 terhadap kepuasan pembelajaran jarak jauh. Jurnal Inovasi Teknologi Pendidikan, 7(1), 23-33.

Maksum, A. (2016). Sosiologi pendidikan. Malang: Madani.

Sari, W., Rifki, A. M., & Karmila, M. (2020). Analisis Kebijakan Pendidikan terkait Implementasi Pembelajaran Jarak Jauh pada Masa Darurat COVID 19. Jurnal Mappesona, 2(2).




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline