Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan berbagai ragam budaya. Salah satu contoh kekayaan budaya tersebut yaitu banyaknya bahasa daerah yang tersebar di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagian besar suku-suku di Indonesia memiliki bahasa sendiri yang digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat tak terkecuali suku Jawa dengan bahasa Jawanya.
Bahasa Jawa adalah salah satu bahasa ibu (Mother Tongue ) dengan jumlah penutur yang sangat besar. Menurut Suparjo (pakar Sastra Jawa dari Universitas Sebelas Maret Solo) menjelaskan, bahwa data UNESCO menunjukkan Bahasa Jawa menempati urutan ke-11 dari 6.000 bahasa ibu yang ada di dunia.
Akan tetapi seiring dengan kemajuan jaman bahasa Jawa mulai mengalami kemunduran, terutama di kalangan anak muda. Mereka beranggapan bahwa berkomunikasi dengan bahasa Jawa bisa dikatakan'katrok' atau kampungan. Hal tersebut juga terjadi di lingkungan pendidikan.
Peserta didik di lingkungan pelajar di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta semakin tidak memahami indahnya budaya dan bahasa Jawa. Bahkan, mungkin suatu ketika budaya dan bahasa Jawa yang indah itu hanya tinggal kenangan atau dengan kata lain budaya dan bahasa Jawa semakin terpinggirkan.
"Meski budaya dan bahasa Jawa diajarkan di sekolah atau masuk dalam kurikulum sekolah dalam muatan lokal, tetapi budaya Jawa dan Bahasa Jawa menjadi mata pelajaran yang tidak disukai peserta didik atau dengan kata lain semakin terpinggirkan," papar Drs. Ngadi, M.Pd dalam diskusi terbatas dengan beberapa guru Bahasa Jawa di Klaten, beberapa waktu lalu
Ngadi yang juga ketua MGMP Bahasa Jawa Kabupaten Klaten lebih jauh mengatakan, bisa jadi nanti wong Jawa ilang Jawane. Wong Jawa kari separo (tinggal setengahnya), bahkan mungkin nanti wong Jawa wis ora kengehan (tidak tersisa). Ungkapan ini tentu tidak dimaknai sebagaimana adanya. Secara kuantitatif orang Jawa tetap banyak, namun orang Jawa yang mengerti (memahami), ngrasa (menghayati), dan nglakoni (memraktikkan) bahasa dan budaya Jawa dalam hidup dan kehidupannya tidak ada lagi. "Berarti, bahasa dan Budaya Jawa hanya indah dalam kenangan," tandas Ngadi.
Dikatakan, mata pelajaran Bahasa Jawa bagi peserta didik nanti akan menjadi mata pelajaran yang menakutkan, seperti Bahasa Inggris dan Matematika karena memang peserta didik tidak menyukainya, karena tidak menyukainya, maka menjadi sulit. Yang lebih parahnya lagi nanti orang Jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya kelak jika belajar Bahasa Jawa harus ke negeri Belanda.
Jangan sampai terjadi. Karenanya pembelajaran Bahasa Jawa perlu pembenahan melalui budaya berbahasa. Mengingat budaya berbahasa itu penting, disamping pembelajarannya. Dalam konteks ini, pembelajaran Bahasa Jawa tidak hanya dilakukan di sekolah, tetapi juga harus terlaksana di lingkungan keluarga, dan masyarakat dalam kerangka ekosistem pendidikan.
Pembelajaran bahasa dan budaya Jawa dalam lingkungan keluarga merupakan pondasi pembelajaran bahasa dan budaya Jawa di sekolah. Tujuan pembelajaran bahasa Jawa dalam lingkungan keluarga ditekankan untuk mengenal dan praktik berbahasa Jawa dengan baik sebagai suatu pembiasaan.
Sebenarnya, pembelajaran bahasa dan budaya Jawa dalam lingkungan sekolah bertujuan agar anak mengenal, mengerti dan menguasai penggunaan bahasa Jawa. Maka pembelajaran bahasa dan budaya Jawa di sekolah perlu disiapkan dengan baik, termasuk dalam kurikulum muatan lokal yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.