Desa Sumbersuko memiliki salah satu aset budaya yang sangat berharga, yaitu panen raya tumpengan. Acara ini diadakan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah Yang Maha Esa atas segala nikmat yang telah diberikan. Selain itu, terdapat tujuan lain yaitu untuk menolak bala' atau keburukan yang mungkin ada di desa. Sebelum adanya festival tumpengan panen raya diadakan, ada festival Ruwatan, dimana Festival Ruwatan ialah festival desa yang diadakan dengan tujuan sebagai rasa syukur dan tasyakuran yang masih menggunakan adat Jawa. Dalam festival Ruwatan ini biasanya ada pertunjukkan Pewayangan Ruwat atau Bathara kala.
Panen raya tumpengan ini dilaksanakan pada bulan ke-10, tepatnya antara tanggal 20 hingga 25 Oktober, sesuai dengan hari yang dianggap tepat. Namun, pada tahun ini, pelaksanaan festival disesuaikan dengan bulan Hijriyah, tepatnya di buan Muharram. Festival ini diikuti oleh seluruh RT di Desa Sumbersuko, yang berjumlah sekitar 24 RT. Tumpengan ini menggunakan hasil panen dari warga seperti hasil pertanian padi, cabe, dan sayuran yang ditanam oleh masyarakat di desa Sumbersuko, sehingga dapat juga disebut sebagai panen raya karena berisi hasil panen warga. Inti dari festival ini, para warga disetiap RT akan membuat sebuah ogoh-ogoh atau karya seni patung yang diarak keliling saat menjelang Hari Raya Nyepi. Hanya saja festival ini di warnai nuansa keislaman dan hasil panen raya diletakkan pada ogoh-ogoh sebagai hiasan. Lokasi untuk festival ini ialah terletak pada lapangan Desa Sumbersuko.
Garis start dari festival tumpengan sering kali berpindah-pindah, namun garis akhirnya selalu berada di lapangan desa Sumbersuko. Awal kegiatan dari festival tumpengan ini yaitu ogoh-ogoh tumpeng diarakan pada garis start diikuti dan diiringi oleh para masyarakat dengan memakai pakaian adat. Karena ada banyak sekali para masyarakat yang menghadiri festival ini, perangkat desa mengerahkan bagian Satuan Keaamanan Desa atau SatGas SKD untuk keliling sehingga posisi mereka tidak ada di lapangan, tetapi keliling di wilayah sekitar festival diadakan. Hal tersebut juga menyebabkan sekitar 85% warga tidak berada di kediaman masing-masing, karena seluruh masyarakat akan tumpah ruah di lapangan desa.
Setelah ogoh-ogoh tumpengan sampai pada lapangan yang telah di sterilkan, kemudian tumpeng yang dating akan disambut oleh beberapa warga dan tokoh-tokoh masyarakat kemudian didoakan, setelah didoakan baru akan digerebek oleh warga dengan berbondong-bondong. Festival tumpengan panen raya tidak hanya menarik minat masyarakat daerah Sumbersuko, tetapi juga masyarakat dari daerah lain yang sangat menantikan dan antusias menghadiri acara ini. Hal menarik yang ada dalam festival ini ialah perebutan warga terhadap hasil panen yang ada pada setiap ogoh-ogoh, sehingga menjadikan Festival ini salah satu acara yang sangat dinantikan oleh masyarakat dari luar wilayah kecamatan Sumbersuko.
Terdapat serangkaian kegiatan yang akan diakukan pada festival ini. Seluruh perangkat desa, LPPD, LKMD, dan kader penggerak posyandu turut serta dalam barisan awal festival ini dan berpartisipasi sebagai peserta dalam festival tumpengan panen raya, sehngga menambah semarak dan kebersamaan dalam acara budaya yang sangat bermakna ini. Panitia akan mengkoordinir setiap peserta tumpengan. Festival ini akan ditutup dengan karnaval pada tanggal 22 september yang di ikuti oleh seluruh warga masyarakat.
Festival tumpengan panen raya yang akan diadakan pada tahun ini, dimulai pada hari sabtu tanggal 3 Augstus 2024 tepatnya pada pukul 13.00, dan pada malam harinya dilanjutkan dengan kegiatan pengajian umum. Setelah itu pada tanggal 6 agustus 2024 pada siang hari akan diadakan manaqib di kantor desa yang akan dipimpin oleh Ustadzah Ni'mah dengan Ustadz Hafidz dari Selokambang dan juga pembagian santunan anak yatim.
Menurut wawancara yang kami lakukan kepada bapak Jalu selaku bagian dari perangkat Desa Sumbersuko: "Kegiatan ini merupakan tradisi yang mulai dibangun oleh almarhum Bapak Kepala Desa Sumbersuko, yaitu Bapak Imron.". Sehingga dapat dikatakan bahwa tradisi ini baru ada ketika almarhum bapak Imron menjadi Kepala Desa pada tahun 2014 di desa Sumbersuko, yang kemudian tradisi ini menjadi turun temurun dan dilanjutkan hingga saat ini. Pada festival ini menghadirkan pembawa acara yang khusus dan mahir dalam berbahasa Jawa kuno dan menggunakan lagu-lagu Jawa kuno.
Acara tumpengan ini medapat antusias dari masyarakat desa Sumbersuko dan juga menjadi harapan para masyarakat untuk selalu diadakan pada setiap tahunnya, karena menurut keyakinan petani di desa Sumbersuko, setelah festival ini diadakan diyakini bisa membawa keberuntungan untuk lahannya dan hasil panen masyarakat menjadi melimpah ruah. Merupakan sebuah keberuntung bagi kami mahasiswa kampus UIN KHAS Jember melaksanakan KKN di posko 84 di desa Sumbersuko Lumajang bertepatan dengan diadakannya acara tumpengan panen raya, dikarenakan mahasiswa KKN sebelumnya belum pernah mengikuti acara tumpengan panen raya tersebut.
Demikianlah informasi yang kami dapatkan dari bapak Jalu Rohadi sebagai ketua panitia pelaksana acara tumpengan panen raya di desa Sumbersuko Lumajang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H