Perkembangan zaman yang memberi perubahan dalam berbagai aspek kehidupan salah satunya pada pendidikan, pembelajaran matematika yang seringkali dianggap abstrak dan hanya penghafalan rumus belaka kini dapat ditingkatkan pembelajarannya dengan memanfaatkan teknologi. Dengan berbantuan teknologi matematika yang dianggap sulit dapat divisualisasikan, dijelaskan, dan dipraktikkan yang menciptakan pembelajaran lebih interaktif dan bermakna. Kini, bagaimanakah dampak penerapan teknologi yang diterapkan serta kaitannya terhadap teori pembelajaran yang relevan pada pembelajaran matematika?
Penggunaan teknologi pada bidang pendidikan utamanya pada pembelajaran matematika seperti kalkulator sebagai alat menghitung, aplikasi pembelajaran (contoh: maple, geogebra yang membantu memvisualisasikan materi fungsi dan grafiknya, serta geometri dan bentuknya), platform e-learning sebagai wadah pembelajaran kolaborasi, interaktif dan pembelajaran jarak jauh.
Berbagai macam Teknologi ditemukan dan dikembangkan oleh para ahli untuk kemudahan belajar. Salah satu penemuan teknologi dalam software yang terkenal adalah Geogebra yang ditemukan oleh Markus Hohenwarter pada tahun 2001. "Menurut Hohenwarter dan Fuchs, GeoGebra sangat bermanfaat sebagai media pembelajaran matematika" kata Assoc. Prof. Dr. Hutkemri Zulnaidi dari Departemen Matematika dan Sains University Malaya pada Seminar Geogebra.
Salah satu dosen Institut Teknologi Indonesia yaitu Dra. Sulistyowati, M.Kom mengatakan "Teknologi dapat diterapkan sebagai media pada proses pembelajaran matematika, dengan memilih teknologi yang tepat akan menciptakan pembelajaran matematika yang bermakna sesuai tujuan maupun capaian pembelajaran untuk peserta didik".
Penerapan teknologi dalam pembelajaran matematika mendeteksi adanya keterkaitan teknologi terhadap implementasi teori pembelajaran yaitu diantaranya teori kognitif yang mana informasi diproses dengan melihat secara visual dan kemudian dipahami dan disimpan dalam otak. Teori ini menjadi tokoh utama terhadap manfaat teknologi untuk pembelajaran matematika baik pembelajaran langsung maupun pembelajaran secara daring/online.
Teori kognitif yang diterapkan merupakan berdasarkan teori Jerome Brunner yaitu teori pemrosesan informasi yang terdiri 3 tingkatannya berupa enaktif, ikonik, dan simbolik. Pada tahap enaktif, peserta didik melakukan simulasi atau objek virtual dengan penggunaan Geogebra sebagai manipulasi bentuk dan memahami transformasi. Pada tahap ikonik peserta didik memahami dengan representasi visual maupun gambar dengan memanfaatkan ilustrasi grafis untuk memahami ide abstrak, misalnya animasi pada platform YouTube yang menjelaskan bentuk geometris. Kemudian pada tahap simbolik teknologimendukung peserta didik memahami konsep abstrak dengan simbol dan notasi matematika. Misalnya dengan penggunaan aplikasi Desmos atau Wolfram Alpha, yang berguna menerjemahkan perhitungan ke dalam representasi grafis.
Kemudian berikutnya adalah pembelajaran dengan e-learning yang digunakan sebagai pembelajaran jarak jauh dengan daya guna sebagai wadah forum diskusi, serta pengumpulan tugas maupun sebagai media penilaiannya terhadap hasil pengerjaan tugas peserta didik yang kemudian pemberian umpan balik, Pembelajaran dengan menggunakan e-learning ternyata merupakan penerapan dari teori pembelajaran kognitif sosial berdasarkan Albert Bendura.
Teknologi sangat berdampak dan memiliki ribuan manfaat untuk kehidupan sehari-hari namun pastinya akan selalu ada tantangan yang dihadapi seperti kesenjangan akses dimana setiap peserta didik memiliki perangkat maupun akses internet yang digunakan, kemudian dampak negatif terhadap penggunaan teknologi secara berlebihanpun akan mengurangi daya berpikir kritis dan analitis peserta didik. Demikian pengguanaannya harus di minimalisir dan secukupnya saja karena teknologi dijadikan sebagai alat yang mendukung dan meningkatkan pemahaman.
Pemanfaatan teknologi secara tepat akan membantu meningkatkan pemahaman peserta didik dalam pembelajaran matematika dan menerapkan berbagai pendekatan pembelajaran, mulai dari kognitivisme yang berfokus pada pengolahan informasi, konstruktivisme yang menekankan pada eksplorasi dan pembelajaran aktif, hingga teori belajar sosial yang membuat peserta didik berkolaborasi serta teori behavioristik yang mana guru memberi stimulus dan penguatan terhadap peserta didik.
Meski demikian, penggunaan teknologi harus diimbangi dengan strategi pengajaran yang tepat agar dapat memberikan manfaat maksimal bagi pembelajaran matematika siswa. Dengan demikian teknologi dapat menjadi komponen penting dalam membantu siswa mengatasi kesulitan belajar matematika dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis serta pemecahan masalah yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H