Lihat ke Halaman Asli

Siti Khoirnafiya

Pamong budaya

Gagasan Marvin Harris dan Advokasi Kebijakan, Sebuah Ulasan

Diperbarui: 17 Agustus 2024   22:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Marvin Harris: Sang Materialis Budaya

Marvin Harris, seorang antropolog asal Amerika Serikat, dikenal luas karena pendekatannya yang unik dalam memahami budaya manusia. Aliran yang ia kembangkan, materialisme budaya, menempatkan faktor lingkungan dan ekonomi sebagai dasar dalam menjelaskan berbagai aspek kehidupan sosial dan budaya.

Karya Utama dan Ide-Idenya

Salah satu karya Harris yang paling terkenal membahas tentang "Sapi, Babi, Perang, dan Tukang Sihir: Menjawab Teka-Teki Kebudayaan". Dalam buku ini, Harris berusaha memberikan penjelasan rasional terhadap berbagai praktik budaya yang sering dianggap aneh atau irasional.

Inti dari pemikiran Harris adalah bahwa budaya manusia pada dasarnya adalah adaptasi terhadap lingkungan fisik dan ekonomi. Praktik-praktik budaya, seperti kepercayaan, ritual, dan norma sosial, bukanlah semata-mata hasil dari pemikiran abstrak, melainkan respon terhadap kebutuhan biologis dan sosial.

Harris menganalisis mengapa masyarakat Hindu di India sangat menghormati sapi. Ia berargumen bahwa sapi memiliki nilai ekonomis yang tinggi sebagai penghasil pupuk dan tenaga kerja, sehingga melindunginya secara religius adalah cara untuk menjaga kelangsungan hidup masyarakat.

Kontribusi dan Pengaruh

  • Pemikiran yang Provokatif: Karya Harris seringkali memicu perdebatan sengit karena menantang pandangan tradisional tentang budaya.

  • Fokus pada Materialitas: Harris mengingatkan kita bahwa budaya tidak lepas dari konteks material dan ekonomi.

  • Penerapan Metode Ilmiah: Ia menggunakan metode ilmiah untuk menganalisis data antropologi dan sejarah.

Sementara itu buku yang menjadi penting pada gagasannya menurut saya adalah  Cultural Materialism: The Struggle for a Science of Culture.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline