Lihat ke Halaman Asli

Siti Khoirnafiya

Pamong budaya

Lamaran dalam Tradisi Perkawinan Nusantara: Sebuah Tinjauan

Diperbarui: 11 Agustus 2024   15:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Lamaran merupakan tahap penting dalam prosesi perkawinan di berbagai budaya di Nusantara. Lebih dari sekadar pertukaran janji, lamaran menjadi simbol penghormatan, komunikasi antar keluarga, dan penegasan komitmen menuju pernikahan. Tulisan ini akan membahas secara mendalam mengenai peran lamaran dalam tradisi perkawinan di Nusantara, serta menyajikan tinjauan terhadap penelitian terbaru terkait topik ini.

Perbedaan Prosesi Lamaran di Berbagai Daerah di Indonesia: Kekayaan Budaya dalam Satu Negeri

Indonesia, dengan keberagaman budaya dan etniknya, memiliki kekayaan tradisi yang sangat menarik, termasuk dalam prosesi lamaran. Setiap daerah memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri dalam melaksanakan prosesi ini.

Ada beberapa pembeda dalam prosesi lamaran, di antaranya: 

  • Adat Istiadat: Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki adat istiadat yang berbeda-beda, termasuk dalam hal perkawinan. Adat istiadat ini sangat mempengaruhi tata cara dan simbol-simbol yang digunakan dalam prosesi lamaran.

  • Agama: Agama juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan prosesi lamaran. Tiap agama memiliki tata cara dan nilai-nilai yang harus dipenuhi dalam pernikahan.

  • Status Sosial: Status sosial kedua keluarga juga dapat mempengaruhi tata cara lamaran. Keluarga dengan status sosial tinggi cenderung memiliki prosesi lamaran yang lebih besar dan formal.

Contoh Perbedaan Prosesi Lamaran di Beberapa Daerah

  • Jawa: Prosesi lamaran di Jawa sangat kental dengan nilai-nilai sopan santun dan tata krama. Pihak pria biasanya membawa seserahan yang terdiri dari berbagai macam makanan, pakaian, dan perhiasan. Prosesi lamaran juga melibatkan perantara atau mak comblang.

  • Bali: Di Bali, prosesi lamaran disebut dengan ngaturang tirta. Pihak pria akan membawa air suci (tirta) sebagai simbol pembersihan dan permohonan restu. Prosesi ini dilakukan di pura keluarga.

  • Batak: Prosesi lamaran di Batak disebut dengan martupol. Pihak pria akan membawa ulos (kain khas Batak) sebagai tanda keseriusan. Prosesi ini juga melibatkan tukar cincin dan pemberian mahar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline