Berbicara tentang berhutang seringkali dihubungkan dengan konsep negatif. Dalam beberapa situasi, berhutang bisa menjadi strategi keuangan yang bijaksana dan mendukung pertumbuhan ekonomi seseorang atau sebuah perusahaan.
Berhutang memang dapat menjadi alat yang berguna untuk mencapai tujuan keuangan, tetapi sejalan dengan keuntungan tersebut, juga terdapat risiko dan tanggung jawab yang harus dipertimbangkan, seperti meningkatkan beban finansial dan risiko gagal bayar.
Penting untuk diingat bahwa utang juga membawa konsekuensi berupa bunga yang harus dibayarkan di luar utang pokok. Semakin lama waktu untuk melunasi utang, semakin besar pula jumlah bunga yang akan ditanggung.
Berdasarkan beberapa sumber, alasan orang berhutang di Indonesia dapat bervariasi. Artikel dari Kompas.id menyebutkan bahwa satu dari 10 orang Indonesia memutuskan berhutang untuk menutupi pengeluaran selama pandemi Covid-19 dan dalam konteks perusahaan, meningkatkan keuntungan atau profitabilitas perusahaan menjadi salah satu alasan mengapa perusahaan berhutang.
Perusahaan juga dapat menggunakan hutang untuk memberikan leverage atau daya ungkit yang lebih besar, sehingga dapat menerbitkan utang untuk menyelesaikan proyek tertentu dan mendapatkan keuntungan ekstra di masa mendatang (Rahmawatik, 2018).
Sedangkan menurut laporan dari CNBC Indonesia, setiap kepala rakyat Indonesia saat ini menanggung utang sekitar Rp28,7 juta, naik dari hanya Rp10 juta pada tahun 2014
Dalam penelitian Manara & Hidayat (2011) terdapat sistem tujuan konsumen yang mengambil pinjaman dan konsumen yang enggan berhutang memiliki perbedaan dalam kompleksitas dan sifat tujuan yang mereka miliki. Dalam konteks konsumen yang berhutang, sistem tujuannya melibatkan tujuan-tujuan yang beragam, mencakup tujuan produktif maupun konsumtif.
Aktivitas yang dibiayai dengan dana hutang, seperti investasi, pembelian barang tahan lama, pembiayaan rumah, pembiayaan anak, dan biaya sekolah, bertujuan untuk mencapai focal goal yang meliputi kemapanan ekonomi, peningkatan kualitas diri, masa depan anak, peningkatan standar hidup, kemandirian, dan kepemilikan rumah yang layak atau lebih baik.
Meskipun data-data ini memberikan gambaran mengenai tingkat berhutang di Indonesia, namun perlu diingat bahwa jumlah warga yang berhutang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi ekonomi, kebijakan perbankan, dan lain sebagainya.
Penting bagi setiap individu atau perusahaan untuk menjaga kesehatan finansial mereka dengan memahami secara menyeluruh implikasi dari keputusan berhutang. Berikut ini 5 hal yang harus dipertimbangkan ketika berencana mengambil pinjaman atau berhutang:
Tujuan Berhutang: Membedakan antara kebutuhan dan keinginan adalah langkah kunci. Apakah itu untuk kebutuhan mendesak, investasi dalam pendidikan, atau pengembangan bisnis? Pinjaman yang sesuai dengan tujuan dapat meminimalkan risiko dan memberikan dampak positif yang diinginkan. Pinjaman sebaiknya digunakan untuk keperluan produktif dan bisa mendatangkan uang, seperti pendidikan, keperluan modal usaha, atau keadaan darurat, daripada sekadar memenuhi keinginan konsumtif. Kesadaran akan tujuan dan konsekuensi berhutang membantu seseorang membuat keputusan yang lebih bijaksana.