Sikap manusia sering  tiba-tiba berubah 360 derajat.Â
Sejam lalu bilang, "iya". Sejam kemudian bilang, "enak aja loe minta gratis...!"
Begitulah sikap manusia, tidak bisa di prediksi dan tidak ada yang tahu. Bahkan mungkin ada yang bersikap posisi "diam", tidak jelas. Hal tersebut menjadi rahasia dirinya sendiri dengan Tuhan, cepat berubah di 360 derajat dalam bersikap positif menjadi negatif atau sebaliknya. Â
Tadinya sikapnya baik-baik saja, ternyata bisa berubah menjadi sulit dimengerti dalam hitungan menit. Pagi hari sikapnya "jutek", siang hari sudah traktir makan siang. Perubahan sikap yang tiba-tiba ini dikarenakan pada menit kesekian dia berinteraksi sosial dan mendapatkan pandangan, saran atau masukan dari individu/ kelompok disekitarnya  atau melihat sesuatu yang mengubah sikapnya menjadi bersikap baik atau tidak.
 ClearIAS mendefinisikan sikap yang disebut sebagai attitude,  adalah"Attitudes are views, beliefs, or evaluations of people about something (the attitude object).Â
Yang dapat diartikan pandangan, keyakinan, atau evaluasi seseorang tentang sesuatu (objek sikap).
Pandangan ini bisa saja positif atau negatif terhadap tempat, benda, ideologi, atau suatu peristiwa. Oleh karena itu bisa berubah.
Pengaruh sosial bermasyarakat, pengalaman atau masa kecil dapat menghasilkan sikap tertentu, dan memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku. Sikap seseorang terhadap sesuatu bisa saja bertahan lama, Â dapat juga berubah seiring waktu dan menghasilkan perubahan perilaku baik atau buruk.
Pemandangan pengemis di jalanan saat beraktivitas tentunya merupakan pemandangan rutin, mulai di pagi hari sampai malam hari. Beragam pengemis terlihat mulai dari anak-anak, ibu-ibu atau bapak-bapak, bahkan orang tua yang sudah sepuh. Beragam pula cara mereka untuk mendapatkan empati kita semua. Itu semua sudah biasa  bukan....?, karena sudah biasa ada yang bersikap "cuek dan bodo amat".
Sikap cuek dan bodo amat terhadap pengemis ini bisa disebabkan oleh pengaruh yang diperolehnya dimana saja  saat di kantor, rumah atau di ruang dalam berinteraksi sosial. Pengaruh ini menjadi pandangan yang menghasilkan sikap negatif terhadap pengemis, bahwa pengemis itu hanya berpura-pura saja tidak punya.Â