Lihat ke Halaman Asli

Wiranto Kurang Bijaksana Pada Kasus Hary Tanoe

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada yang berbeda pada raut muka Wiranto ketika menerima panggilan telepon di rumah kediaman Megawati di Teuku Umar, Senin 19 Mei. Mukanya tegang dan berkerut.

Ada apa ?

Tak banyak yang bisa bercerita tentang raut muka tegang Ketua Umum Partai Hanura,Wiranto ketika itu. Namun berita bergulir dan mengabarkan bahwa Hary Tanoe tak lagi ada di partai Hanura. Keputusan itu dilakukan karena Wiranto menilai bahwa Hary Tanoe bermain di dua kaki, menjadi anggota Hanura tapi juga membantu Prabowo Subianto.

Dari pertemuan Wiranto dan Hary Tanoe didapatkan bahwa sebagai sesama pengusaha Hary Tanoe membantu dua pihak dalam Pilpres yaitu Joko Widodo dan Prabowo. Di mata Hary Tanoe, Jokowi yang merupakan pengusaha mebel dan calon presiden dari Poros Indonesia Hebat adalah sosok yang akan dia bantu dalam pencalonannya. Prabowo. Mantan militer dan sekarang sebagai pengusaha juga akan dibantu oleh Hary dalam pencalonannya sebagai presiden dari Poros Indonesia Raya. Satu sikap mandiri Hary sebagai pengusaha.

Sikap itu menurut Wiranto tak bisa dia terima karena menurutnya, Hary yang merupakan anggota Hanura selayaknya ikut pada jalur partai yaitu menyokong pasangan Jokowi-JK dari poros Indonesia Hebat. Karena itu Wiranto menyarankan agar Hary Tanoe mundur dari Hanura.

Sebelumnya, ketika Wiranto dan sejumlah elite partai Hanura lain, pada Sabtu (17/5/2014), mendatangi kediaman Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri dan menyatakan resmi mendukung Jokowi sebagai capres 2014. Pada kegiatan komunikasi politik dan pendeklarasian Hanura dengan koalisi Indonesia Hebat, Hary Tanoe tidak ada. Beberapa kabar menyebutkan bahwa Hary tak dilibatkan pada proses koalisi.

Beberapa pengamat politik tidak yakin Hary Tanoe mundur karena mendua; berbeda dengan kebijakan partai. Menurut perkiraan pengamat itu, mundurnya Hary Tanoe karena pengambilan keputusan internal partai yang tidak demokratis.

Harusnya, Wiranto sebagai ketua umum dan pengambil keputusantertinggi di partai Hanura, bisa melihat itu dengan arif bijaksana dan dengan kacamata yang berbeda dengan petinggi Hanura lainnya yang gigih ingin mendongkel Hary Tanoe. Wiranto harusnya bisa memperkirakan jika memang Hary Tanoe benar-benar mendua, tidak mungkin menampakkan diri di pihak Prabowo. Jika memang bermain di dua kali, Hary akan diam-diam mensupport Prabowo dengan dana atau hal lain yang diperlukan kubu lawan.

Pada deklarasi Prabowo-Hatta di Rumah Polonia, Jakarta Timur, Senin (19/5/2014), Hary Tanoe memang hadir. Diakui itu pada kapasitas sebagai pengusaha yang membantu banyak pihak.

Apa yang salah dengan bantuan kepada pihak lain sebatas Hary dapat membantu ? Ataukah karena Wiranto terlalu mendengarkan pihak lain yang tak ingin Hary di Hanura lagi sehingga dia tak lagi bisa berfikir jernih. Wiranto seakan menafikan jerih payah Hary Tanoe padanya selama ini.

Tapi sungguh, Wiranto tak lagi bisa berfikir dengan bijaksana pada kasus Hary Tanoe.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline