Ilustrasi / Google
. . .
Menjelang sore.
Saudara lindi yang tinggal bersebelahan dengan rumahnya, berlari dengan penuh gesa. Tanpa salam, ia lekas menghambur dan memeluk lindi erat, air matanya keluar lebih banyak dari kata-katanya, yang tersengal penggal – penggal karena sedunya.
Tangis lindi pun pecah bersama.
Mendadak tetangga lindi pun berkumpul, mereka adalah tetangga yang sangat mengenal dan menyukai kepribadian dan ibu lindi yang sangat ramah, dan penyabar walau terus menerus dicerca godaan dan cobaan menjalani hidup sebagai single-parent. Mereka semua tak percaya sosok itu kini telah meninggalkan mereka.
Naas, mobil charteran yang membawa ibu lindi dan penumpangan lainya menuju jakarta, pecah ban dalam keadaan kecepatan maksimal, mobil pun oleng dan menabrak gugusan beton di bahu jalan bebas hambatan.
Malang tak dapat di tolak untung tak dapat diraih, hanya ibu lindi yang tewas dalam kecelakaan maut tersebut, sementara penumpang lainya selamat dengan kondisi luka – luka berat.
. . .
Lindi dan saudara – saudaranya pun segera bergegas ke rumah sakit tempat ibu linda berada.