Lihat ke Halaman Asli

Padamu Nan Tak Akui Aku…

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Terkaparlah aku

Menarik nafas sebalik tirai

Menyusun bayang maut

Belalak mata mati mataku

***

Najis aku…

Ludahi wajahku ludahmu

Anyir getir menyambarbak petir

Sayang itu berlalu diatas putingmu

***

Padamkan aku…

Siram bara sebatang rokok

Sebelum aku mati sempurna jadi abu

Kubur aku dalam selahat-lahatnya

***

Padamu nan tak akui aku

Akui nilaiku sebelum aku mati

Musik sang penyair tak berarti

Dendang kalbunyalah melebihi tuturnya

Nilaiku terkandung lebih dalam kalbuku

Ketimbang yang kugenggam di bibirku

***

Akulah raja penyair rindu

Terduduk diatas remuk puing istanaku

Kuceritakan citra dari abu-nya yang mengembara berserakan

Kesepakatan fikiranmu dan ceritaku adalah syair langgeng

Kutuliskan, kututurkan, dalam sadar, menjadi keabadian

***

Terkapar aku…

Najis aku…

Padamkan aku…

Padamu nan tak akui aku… (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline