Lihat ke Halaman Asli

"Lebih asyik jadi pedagang atau Koruptor..?

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Siapa yang berjasa membesarkan dan membuat rokok  (kretek) menjadi Perkasa?  Disamping  para perintis  dan penemu rokok kretek.Ada juga yang berjasa atas berkembangnya usaha yang satu ini. Menjadi kekuatan dimana hasil cukai yang menjadi pendapatan APBN Terbesar di bangsa Indonesia  adalah mereka yang terlibat dalam dunia promosi dengan sebutan pengasong.  Ujung tombak dari pemasaran sebuah produk rokok tidak lepas dari kerja keras para pengasong. Pengasonglah yang mampu bersentuhan langsung dengan para konsumen rokok dimana sering kita jumpai di terminal, stasiun, lampu merah dan tempat tempat keramaian lainya. Dampak para Pengasong yang dapat menarik para konsumen rokok secara langsung dengan cara berkeliling demi kemajuan produk-produk rokok  yang ada di Indonesia untuk memenuhi Kebutuhan para penikmatnya.

Bang Karim, salah satu nama pedagang asongan yang setiap hari tidak ada kata menyerah untuk menyambung hidup keluarganya dengan berjualan asongan di samping pintu masuk mall  Blok M Square dengan cara hanya menunggu pembeli saja, tidak keliling. “Masih untung bisa jualan dipinggiran Mas ,serunya!  Sebelum ada Mall dulu jualan sangat nyaman gak terusik sama petugas keamanan mall. Masih dapat hasil yang cukup. Kalau sekarang susah, mau dagang sambil keliling saja gak boleh. Dengan alasan selain mengganggu para konsumen yang mau masuk Mall, Kawasan Tanpa Rokok juga menjadi alasan kenapa  tidak  boleh lagi berjualan dengan cara berkeliling”.

Sore 17.00 WIB di terminal Blok M, antrean bus angkutan umum untuk masuk terminal, seorang pedagang asongan menghampiri  Ucok,  sopir bus Metromini  jurusan Ciledug, Kebayoran Lama. Dengan cekatan pedagang asongan bernama Mang  Jaki memberi tiga batang rokok dan menyalakan mencis kepada Ucok untuk menyalakan rokok. Tidak perlu waktu lama, Mang Jaki langsung pergi menjajakan dagangannya ke sopir bus lain. Para pedagang asongan berlomba menjajakan rokok kepada sopir, kondektur dan para pengguna jasa bus lainya.

Ucok, salah satu sopir bus Metromini yang memanfaatkan jasa pedagang rokok secara asongan yang berada di kawasan Terminal Blok M. Kehadiran pedagang asongan yang berada dalam terminal membantu para sopir bus untuk mendapatkan kebutuhan rokok, air mineral, permen dan beberapa kebutuhan lainya.

“Gak mungkin bang kita beli rokok harus turun dari bus”, ungkap Ucok.

Di katakannya walau sedikit mahal rokok yang dia beli tidak menjadi masalah. Diakui Ucok , “Pas mulut pengen minum, terus asem banget mau ngrokok pedagang asongan sangat membantu saya. Tidak perlu ke warung, tinggal teriak saja pasti nongol , ajaib bukan?!”.

Kata Bang Jaki, “Lebih Asyik jadi pedagang asongan seperti ini, daripada para pejabat yang sering kita dengar banyak yang korupsi. Kita jauh lebih punya harga diri ketimbang para pejabat yang kerjaannya hanya ngabisin uang rakyatnya. Mereka seharusnya memberi  kelonggaran bukan justru melakukan penggarukan. Ditambah dengan permasalahan Kawasan Tanpa Rokok, yang di nyatakan menjadi permasalahan baru bukan suatu solusi hanya menambah pengangguran semakin banyak”.

Pedagang asongan kita membuktikan bahwa kita tidak harus menunggu uluran tangan dari pemerintah. Kalau kita bisa kerja sendiri, kenapa harus menunggu bantuan. Selagi itu memang tidak melanggar hak asasi seseorang. Dan ketika para pedagang asongan dengan susah payah bekerja keras, yang jauh lebih sedikit penghasilanya daripada pejabat yang dengan asyiknya terus menerus mengasongkan harga diri mereka.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline