Lihat ke Halaman Asli

Sis Wanto

Pre Lancer

Makna dan Filosofi Idul Adha

Diperbarui: 27 Juni 2023   08:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari Raya Idul Adha, juga dikenal sebagai Hari Raya Qurban, memiliki makna dan filosofi yang dalam bagi umat Muslim di seluruh dunia. Berikut ini adalah penjelasan mengenai makna dan filosofi di balik perayaan Idul Adha:

Pengorbanan dan Ketundukan: Hari Raya Idul Adha merujuk pada kisah Nabi Ibrahim (Abraham) yang siap untuk mengorbankan putranya, Ismail (Ishmael), sebagai tanda kesetiaan dan ketaatan kepada Allah. Namun, dalam ujian tersebut, Allah menggantikan Ismail dengan seekor domba sebagai korban pengganti. Dalam hal ini, Idul Adha mengajarkan makna pengorbanan dan ketundukan yang penuh kepada kehendak Allah.

Ketaatan dan Keimanan: Perayaan Idul Adha juga menggambarkan ketaatan dan keimanan yang kuat terhadap Allah. Nabi Ibrahim bersedia melaksanakan perintah Allah meskipun itu sangat berat dan melibatkan cinta terhadap putranya. Ini mengajarkan umat Muslim untuk menjunjung tinggi ketaatan dan keimanan mereka kepada Allah dalam segala hal.

Berbagi dan Kebaikan: Selama Hari Raya Idul Adha, umat Muslim berkurban dengan menyembelih hewan tertentu seperti domba, sapi, atau kambing sebagai perayaan pengorbanan Nabi Ibrahim. Daging kurban ini kemudian dibagi menjadi tiga bagian: satu bagian untuk keluarga, satu bagian untuk teman dan tetangga, dan satu bagian untuk mereka yang kurang mampu atau membutuhkan. Filosofi di balik ini adalah untuk berbagi kebahagiaan dengan sesama dan membantu mereka yang membutuhkan.

Mengendalikan Nafsu dan Keinginan: Selain berkurban, Idul Adha juga mengajarkan umat Muslim untuk mengendalikan nafsu dan keinginan mereka. Dalam cerita Nabi Ibrahim, ketika Allah meminta Ibrahim untuk mengorbankan putranya, itu adalah ujian besar yang melibatkan penahanan diri dan pengendalian emosi. Hal ini mengajarkan umat Muslim untuk tidak terjerumus dalam keinginan dan nafsu yang mungkin bertentangan dengan kehendak Allah.

Persatuan dan Solidaritas: Hari Raya Idul Adha adalah momen persatuan dan solidaritas bagi umat Muslim di seluruh dunia. Melalui perayaan ini, mereka datang bersama-sama untuk melaksanakan ibadah dan merayakan pengorbanan Nabi Ibrahim. Ini menciptakan ikatan dan hubungan yang kuat antara sesama Muslim serta menguatkan rasa persaudaraan dan persatuan dalam masyarakat Muslim.

Secara keseluruhan, Idul Adha memiliki makna yang mendalam dan filosofi yang penting bagi umat Muslim. Perayaan ini mengajarkan nilai-nilai seperti pengorbanan, ketundukan, ketaatan, keimanan, berbagi, mengendalikan nafsu, persatuan, dan solidaritas. 

Melalui perayaan ini, umat Muslim berupaya untuk memperkuat hubungan dengan Allah dan menghidupkan nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Selain itu, perayaan Idul Adha juga mengingatkan umat Muslim akan pentingnya mengutamakan ketaatan dan kepatuhan terhadap ajaran agama dalam segala aspek kehidupan mereka.

Selama perayaan Idul Adha, umat Muslim juga merenungkan tentang makna dan tujuan hidup. Mereka memperhatikan contoh kesabaran dan keberanian yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim dalam menghadapi cobaan yang berat. Hal ini mendorong mereka untuk menghadapi tantangan hidup dengan sikap yang positif, memperkuat keyakinan mereka, dan melibatkan diri dalam perbuatan baik yang membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Filosofi perayaan Idul Adha juga mengajarkan umat Muslim untuk menghargai nilai-nilai kemanusiaan, seperti persamaan, keadilan, dan empati. Melalui pengorbanan yang dilakukan selama berkurban, umat Muslim diajak untuk memperhatikan dan membantu mereka yang kurang beruntung. Dalam membagi daging kurban kepada yang membutuhkan, terciptalah hubungan sosial yang lebih kuat, solidaritas, dan kepedulian terhadap sesama.

Selain itu, Idul Adha juga mengajarkan pentingnya mengendalikan nafsu dan keinginan diri. Dalam cerita Nabi Ibrahim, ketika Allah menguji kesetiaannya dengan perintah mengorbankan putranya, Ibrahim menunjukkan kesabaran dan penyerahan diri kepada kehendak Allah. Hal ini mengingatkan umat Muslim akan perlunya mengendalikan diri, mengatasi dorongan negatif, dan mengarahkan nafsu-nafsu yang tidak sehat menuju jalan yang benar dan bermanfaat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline