Jakarta boleh penuh dengan segala jenis kendaraan bermotor, yang terpenting ada jalur yang harus diselamatkan. Sehingga ketika Negara tiba-tiba dalam keadaan darurat, ada jalur yang bisa difungsikan sebelum seluruh kendaraan yang sudah terlanjur memenuhi jalan-jalan di Ibukota kembali ke garasi masing-masing.
Satu-satunya jalur yang paling mungkin bisa menyelamatkan Jakarta dari Kelumpuhan Total adalah Jalur Bus Trans Jakarta, tentunya setelah jalurnya stiril dari kendaraan lain.
Pembangunan Jalur Bus Trans Jakarta menjadi pelajaran berharga bagi Pemprov DKI Jakarta. Tiga generasi Gubernur belum bisa diatasi terutama dari penyerobotan jalur. Sehingga membuat panik dari berbagai pihak, bahkan Gubernur terpaksa mengeluarkan peraturan denda yang mahal.
Seberapun besar denda diberlakukan, kalau kondisinya masih seperti sekarang, tetap saja banyak yang melanggar. Denda mahal bukan solusi terbaik. Waktunya belum tepat, karena Pemprov DKI Jakarta sendiri belum menyiapkan insfrastruktur secara maksimal. Seharusnya yang perlu dicarikan solusi adalah bagaimana caranya agar semua kendaraan pribadi/umum tidak bisa masuk ke jalur Bus Way. Kalau sudah dibuat pengamanan yang baik, masih ada yang nekat menerobos, baru kemudian boleh dibuat denda yang mahal.
Motor/mobil di Jakarta jumlahnya belasan juta. Setiap hari yang melintas belum tentu orang atau mobil yang sama. Yang ketangkap petugas paling-paling pengendara yang sekali sekali melintas dijalan tersebut, yang belum mengetahui keberadaan petugas dilokasi itu. Sedangkan yang sudah mengetahui posisi petugas, mereka akan menerobos di tempat lain. Sebagian besar pengendara di Jakarta sudah pintar-pintar memanfaatkan kesempatan, yang pernah ketangkap petugas sudah makin pintar, tidak mau ketangkap dua kali tapi juga tidak kapok, tetap ikut saja menerobos, dibarisan belakang supaya mudah menghindar begitu melihat petugas, dengan melompati separator yang belum ditinggikan.
Jalur bus way diibarat perempuan, adalah gadis cantik tapi bermuka mesum. Siapapun yang ada didekatnya pasti tergoda karena penampilan yang merangsang, sehingga pengendara tidak takut melakukan pelanggaran sekalipun resikonya harus berurusan dengan Petugas. Kenapa?, karena ada kesempatan.
Sebagai warga yang ingin melihat Jakarta bebas dari kemacetan. Seminar Nasional Tentang Mobil Murah dan Kemacetan Jakarta yang diselenggarakan Anggota Dewan Perwakilan Daerah RI (DPD RI), AM Fatwa Sabtu, 21 Desember 2013 di Hotel Pan Sari Pacifik Jakarta yang diikuti lebih dari 500 peserta termasuk Bos Rekor Muri Jaya Suprana yang menganugerahkan Rekor Muri Kepada AM. Fatwa sebagai Inisiator Hak bertanya Kepada Presiden tentang Mobil Murah yang mendapat dukungan terbanyak dari anggota DPD RI sepanjang sejarah DPD RI. Dengan menghadirkan 9 (sembilan) Nara Sumber dari berbagai Kementerian, Pengamat ahli sesuai tema seminar dan Anggota DPD RI serta DPR RI.
Saya memberikan usulan agar jalur Trans Jakarta tidak ada yang bisa menyerobot:
Pertama: Seluruh jalur bus Trans Jakarta supaya dibuatkan separator tanpa putus. Semua perempatan jalan yang dilalui harus dibangun fly over/underpass. Jika ada jalur yang tidak bisa dibuat fly over/underpass karena sesuatu hal, sebaiknya tetap dibuat palang pintu.
Kedua: Bus Trans Jakarta harus dibuatkan jalur khusus pada bahu tol, baik tol dalam kota maupun tol luar kota. (Kalau separator tanpa putus sudah dibuat, Bus Trans Jakarta tidak harus dibuat di dalam tol kota)
Usulan nomor dua tersebut diatas, pernah saya sampaikan Kepada Gubernur dan Wakil Gubernur yang suratnya dikirim pada Tanggal, 26 November 2012 dan 1 (satu) bulan berikutnya pada tanggal 27 Desember 2012 surat yang maksud dan tujuannya sama, saya kirimkan Kepada Menko Perekonomian, Menteri PU, Menteri BUMN, Menteri Perhubungan serta Dirut Jasa Marga.
Untuk lebih lengkapnya baca artikel: Trans Jakarta harus dibuatkan jalur khusus didalam tol.
Ketiga: Selama jalur Trans Jakarta masih terputus seperti sekarang, sebaiknya semua sopir Trans Jakarta dilengkapi remote control untuk membuka/menutup palang pintu sebelum dan sesudah masuk. Tidak usah dijaga seperti sekarang. Dengan remote control yang dikendalikan sopir, semua kendaraan yang masuk jalur bus way, tidak akan bisa keluar sebelum bus Trans Jakarta datang.
Untuk memaksimalkan Flyover/underpass sebaiknya pembuatan jalur perputaran balik arah, dibuat jangan terlalu kecil supaya mobil besar/bus mudah balik arah, kalau perlu dibuat dua titik. Perputaran terdekat untuk motor atau mobil kecil, sedangkan kolong yang besar untuk mobil besar/bus/truk. Jalur perputaran balik arah kalau bisa jangan dibuat mepet dengan lampu merah/hijau supaya kendaraan bisa balik arah saat lampu sedang merah. Jangan hanya untuk berbalik arah saja harus menunggu lampu hijau menyala, selain tidak efisein waktu juga bisa menambah kemacetan.
Kondisi perputaran balik arah seperti tersebut diatas bisa disaksikan hampir diseluruh Fly over/Underpass yang ada di Jakarta. Padahal kalau dibuat agak jauh dari lampu merah dan jalurnya dibuat lebih besar dan titik perputaran kalau perlu ditambah pasti dapat mengurangi kemacetan. Untuk mengurangi kemacetan akibat perputaran, sebaiknya perputaran balik arah dibuat hanya antar fly over/underpass. *****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H