Masyarakat Kiwirok sangat baik, jujur, religius, sopan dan bersahabat serta terbuka untuk menerima pembangunan serta mau bekerja sama dengan pemerintah. Sudah banyak anak-anak yang saya didik dan tamatkan dalam kurun waktu 6,5 tahun. Dimanapun mereka saat ini berada, saya yakin bahwa mereka sudah banyak yang berhasil dan sukses diberbagai bidang tugas dan professi untuk melayani masyarakat. Itulah cita-cita, kebanggaan dan harta yang tak ternilai bagi seorang Guru. (RAMCES TAMBUN).
Mengapdi kepada masyarakat melalui pendidikan. Mengapdi bagi seorang guru adalah tidak mudah. Mengapdi dan mencintai karena keterpanggilan untuk menjadi seorang guru. Keterpanggilan menjadi seorang guru merupakan suatu hal yang sangat mulia. Guru menjadi teladan dan sekaligus sebagai pembebas bagi setiap insan manusia.
Pembebas. Ya guru pembebas. Guru merupakan tokoh pembebas manusia. Dia membebaskan manusia menjadi manusia yang seutuhnya. Manusia (guru) memanusiakan manusia lain (Humanisasi). Dengan demikian manusia tersebut memahami dirinya yang seutuhnya. Menyadari dirinya sebagai manusia, maka secara tidak langsung ia mengakui manusia lain. Seperti yang diucapkan oleh Uskup Desmond Tutu “ Seorang Manusia Menjadi Manusia Karena Drinya Mengakui Orang Lain Sebagai Manusia”.
Mengapdi kepada masyarakat, itulah yang dikisahkan oleh seorang guru. Mengapdi untuk membebaskan masyarakat dari kebodohan, ketertinggalan, kemiskinan, keterbelakangan dari segala aspek. Melalui pendidikan guru mengapdi dan membebaskan masyarakat. Mengapdi kepada masyarakat, bangsa dan Negara itulah yang diceritakan oleh seorang guru perintis pendidikan di hutan belantara, pedalaman pegunungan Papua. Adalah Ramces Tambun.
Laki-laki kelahiran Sidik Karang, Sumatera Utara, Indonesia Barat ini, merantau ke Indonesia timur, tanah Papua, untuk mengapdi kepada masyarakat Papua. Sejak 1986 Ramces menginjak kakinya di daerah pedalaman papua, tepatnya Kiwirok, Kabupaten Jayawijaya (sekarang: Kabupaten Pegunungan Bintang). Selama enam setengah tahun (sejak Februari,1986- bulan Agustus, 1992) merintis pendidikan di Kiwirok bersama masyarakat di sana.
Ramces Tambun, berkisah bersama masyarakat distrik kiwirok selama 6,5 tahun lamanya. Ia mengisahkan bahwa, melalui masyarakat distrik Kiwiroklah menjadi teladan hidup saya. Mereka menjadi penopang hidup saya, mengawali karier pengembala manusia (guru bagi manusia Kiwirok). Dari sinilah saya melihat Papua, melihat manusia Irian, kini Papua (rambut Keriting, hitam Kulitnya). Di tempat ini saya bertepah, memulai peradaban baru di bidang pendidikan.
Pengalaman hidup yang pernah dilakukan bersama siswa/i dan masyarakat Kiwirok, membuat dia jatuh cinta pada mereka, daerahnya, gunung-gunung yang menjulang tinggi, bukit-bukit yang berjejer, lembah yang nyaman berisi segalah sumber kehidupan. Mereka bercengkerama bersama makluk hidup (manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan,). Tempat itu menjadi saksi bisu menghidupi kehidupan barunya di Tanah Irian.
Guru perintis pendidikan (sekolah SD/SMP) di pedalaman Kiwirok, Pegunungan Bintang. Ia berkata, Pada mulanya, distrik tersebut hanya dua sekolah (SD dan SMP). Dua sekolah tersebut dipenuhi dengan siswa/I yang datang dari kampung-kampung. Mereka (siswa) datang dari kampung ke kota (ibukota distrik) untuksekolah, belajar bersama teman-teman lainnya untuk menikmati belajar di sekolah seperti bagaimana.Ia (siswa) melewati bukit, lereng gunung, sungai berjarak sekitar 12 KM, berjuang keras untuk mendapatkan pendidikan.
Katanya, Anak-anak harus berjalan selama 1-2 jam melintasi hutan dan bukit yang berjarak hampir 12 km sampai ke sekolah.Mereka menuntut ilmu demi masa depan walaupun fasilitasnya kurang memadai. Guru, buku, perpustakaan, laboratorium, maupun peralatan lain yang belum lengkap tidak menjadi batu sandungan yang berat untuk mengapdi kepada masyarakat.
Ramces Tambun mengajar di SMP Negeri 1 Kiwirok selama enam stengah tahun. Pemerintah daerah Kabupaten Jayawijaya, menempatkan dia (Ramces) di wamena Timur lebih khusus Kwirok (Wamena Timur: Kiwirok, Okbi Okbab, Oksibil) untuk dia mengajar.
Para guru yang bertugas di daerah ini sulit untuk mengakses kebutuhan hidup para guru, seperti beras, gaji, dan bama lainnya. Selain itu fasilitas pendukung belajar yang kurang memadai di wilayah ini. Hal ini karena akses pembangunan di daerah ini hanya melalui transportasi udara saja. Dengan demikian banyak kendala yang dia hadapi.
Dari dinding guruf facebook itu, Dia berkisah bersama anak didiknya. Mereka bercengkrama bersama, saling melepaskan kerinduan, canda –tawa bersama penulis. Mereka (anak didiknya) kini kuliah di berbagai perguruan tinggi, baik Papua maupun di luar Papua.
“Yepmum....! Saya sangat senang masuk menjadi anggota grup ini untuk merenung dan bernostalgia kembali ke masa lalu. Kiwirok adalah awal dari perjalanan karier saya untuk mengabdi kepada masyarakat, bangsa dan negara khususnya Tanah Papua lewat bidang pendidikan. Saya bertugas di Kiwirok sejak Februari 1986 s.d. Agustus 1992 sebagai Guru pertama dan Kepala Sekolah di SMP Negeri 1 Kiwirok. Masyarakat Kiwirok sangat baik, jujur, religius, sopan dan bersahabat serta terbuka untuk menerima pembangunan serta mau bekerja sama dengan pemerintah. Sudah banyak anak-anak yang saya didik dan tamatkan dalam kurun waktu 6,5 tahun.
Dimanapun mereka saat ini berada, saya yakin bahwa mereka sudah banyak yang berhasil dan sukses diberbagai bidang tugas dan professi untuk melayani masyarakat. Itulah cita-cita, kebanggaan dan harta yang tak ternilai bagi seorang Guru. Yepmum, Telepe....., Tuhan Memberkati Kita Sekalian” kata Ramces Tambun, mengawali diskusi bersama anak didiknya.
Di sisi lain, penulis mengatakan “selamat dan profisiat buat bapak Ramses Tambun, pahlawan pembebasan anak bangsa melalui pendidikan salam juang dan semoga karier bapak dapat diberkati dan keluarga semua dapat dilindungi oleh Yang Mahakuasa..yepmum.
Terkait dengan karier saat ini, Ia menjelaskan“sejak Agustus 1992 s.d. Mei 2005 Bapa dimutasi sebagai Kepsek SMPN 1 Asologaima di Kimbim. Mei 2005 sd. Des 2008 Bapak ditarik sebagai Kabag TU di Dinas P dan K Kab. Jayawijaya di Wamena. Des 2008 sd. April 2011 Bapak dipromosikan sebagai Kepala Dinas P dan K Kabupaten Nduga.
Dan Juga, Sekarang (April 2011-2013) bapak sebagai Staf Ahli Bupati Bidang Pemerintahan Kabupaten Nduga. Itulah perjalanan karir Bapak yang diawali dari Kiwirok Kabupaten Pegunungan Bintang. Sebenarnya Bapak sangat rindu dan berkeinginan untuk mengabdi kembali ke Kab Peg Bintang, tapi Bapak tidak ada chanel” katanya.
Selain itu, anak didiknya mengatakan “saya kagum dan bangga karena pak guru menjadi Inspiration bagi generasi Kiwirok, Pegunungan Bintang” kata Arie. Kalakmabin Boni juga mengatakan “Ramses Tambunan adalah orang yang pernah membawa kiwirok jadi Masyarakat APLIM APOM yang punya nama di pegunungan bintang Semoga Tuhan menyertai Bapak di manapun Berada…Yepmum” ucap Boni.
Anak didik berharap dimanapun dia berada dilindungi oleh Atangki (Allah) orang Aplim Apom, Papua, sehingga kariernya semakin meningkat. Kehadiran dia di daerah lain pun menjadi berkah dan bermakna bagi banyak orang. Kami yakin dan percaya dimanapun Pak guru berada, menghasilkan buah yang berlimpah dan bermakna bagi rakyat Papua.
Anda sudah mendidik kami, sekarang kami kuliah, ada yang sudah berkarier di Kiwirok, Kabupaten, Pegunungan Bintang. Engkau telah menyiapkan kami untuk bersaing dengan orang lain di dunia globalisasi (Dunia Kerja) saat ini. Engkau pejuang yang sejati, membebaskan kami dari segala ketertinggalan. Kami berdoa untuk-mu. Semoga!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H