Lihat ke Halaman Asli

Teka-Teki Mora

Diperbarui: 23 Januari 2024   23:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok: Siska Julianti

Chapter 1

Angin menerpa rambut indah dari wanita cantik bernama Mora. Setiap pagi, aktivitasnya adalah pergi bekerja menjual bunga di toko yang ia rintis sendiri.

Sedari kecil Mora hanya tinggal berdua bersama Ibunya. Warga sekitar biasa menyebut Ibunya dengan sebutan Bu Tyas. Keduanya tinggal di lereng Gunung Arjuno yang merupakan salah satu desa penghasil bunga terbaik.

Sebenarnya Mora penasaran ke mana Ayahnya pergi, namun ia tidak ingin membuat Ibunya sedih dengan bertanya perihal Ayahnya.

Mora bukanlah gadis yang terpikir untuk melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi. 

Sedari dulu Mora amat sangat menyukai bunga, hal ini menjadi salah satu alasan ia membuat toko bunga. Alasan lainnya adalah ia ingin membantu Ibunya dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mora merasa harusnya Ibu berhenti bekerja karena usianya sudah tidak muda lagi. Kaki tuanya dirasa sudah tidak kuat untuk berjalan demi mencari kebutuhan sehari-hari. Namun apa mau dikata, Ibunya bersikukuh ingin bekerja dengan alasan bosan di rumah.

Adegan 1: Toko Bunga Mora-Pagi Hari

(Perbincangan antara Mora dan pelanggan yang memesan bunga).

"Menurut saya, kalo ibu mau bikin hadiah nikahan dari bunga lebih baik pake bunga mawar merah soalnya identik dengan rasa cinta bu," saran Mora.

"Boleh deh mba, saya mau pesan 70 tangkai dan saya mau langsung saya bayar sekarang," ucap Ibu pembeli.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline