Lihat ke Halaman Asli

Siska Fajarrany

TERVERIFIKASI

Lecturer, Writer

Anak Sulit Diatur? Coba Terapkan Hypnoparenting!

Diperbarui: 3 Oktober 2024   11:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi orangtua dan anak. (Sumber: Freepik) 

Anak yang sulit diatur menjadi permasalahan seluruh orang tua di dunia ini. Apalagi ketika anak memasuki usia yang sedang aktif-aktifnya.

Lari ke sana-sini, menaiki anak tangga berulang-ulang, mencoret-coret tembok rumah, melempar mainannya, dan aktivitas lainnya yang dilakukan oleh anak tapi membuat orang tua kesal melihatnya.

Orang tua tidak ingin sang buah hati terancam keselamatannya. Memberikan proteksi lebih agar anak terlindungi dari segala gangguan yang mungkin saya menimpanya. Tentu niatnya baik, yaitu agar anak selalu baik-baik saja.

Namun terkadang sikap orang tua dalam menanggapi itu semua kurang bijak. Berakibat pada tumbuh kembang anak yang bisa mengarahkan pada karakter kurang baik.

Misalnya anak berkali-kali mencoret-coret tembok rumah. Alhasil, kondisi rumah berantakan karena tembok yang mulanya bersih, kini terisi penuh dengan coretan. Coretan tidak jelas yang tak berupa. Garis lurus, melengkung, lingkaran, dan coretan lainnya yang anak buat.

Melihat itu semua, banyak orang tua yang memilih untuk melarang anak melakukan aksi tersebut. Tak jarang disertai dengan ancaman bernada tinggi agar anak takut untuk mengulanginya lagi.

Alasan orang tua memang ada baiknya. Khawatir anak terjatuh saat mencoret tembok karena tumpuan kaki anak belum sepenuhnya kuat. Alasan lainnya begitu risih melihat tembok rumah yang tidak bersih lagi. Membuat orang tua harus mewarnai ulang dengan cat tembok yang perlu waktu dan uang untuk membenahinya seperti sedia kala.

Anak yang tak mau menurut. (Sumber: Pexels/ Karolina Grabowska via kompas.com) 

Sebenarnya, ada alternatif lain daripada harus melarang anak dengan bentakan dan ancaman. Misalnya mengalihkan media gambar anak yang semulanya tembok ke buku gambar. Membelikan seperangkat alat gambar kepada anak yang sedang gemar-gemarnya corat-coret dan mewarnai. 

Tentunya tidak semudah itu untuk membuat anak patuh pada arahan orang tua. Apalagi mulanya ia memiliki media gambar yang luas dan besar. Seluas tembok rumahnya. Kini harus beralih pada media kertas yang penuh keterbatasan. Sepintas saja sudah terlihat bahwa media gambar tembok rumah jauh lebih menarik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline