Sabtu, 9 Maret 2024, tepatnya menjelang memasuki bulan suci Ramadan. Mendapatkan hari libur 3 tiga hari untuk bisa melaksanakan tradisi munggahan di kampung halaman. Siang itu, saya bermaksud untuk bergegas ke terminal usai menyelesaikan pekerjaan.
Kesibukan pekerjaan membuat saya tak memperhatikan ponsel yang sedari pagi ternyata banyak telfon masuk. Usai jam kerja selesai karena hanya masuk setengah hari, saya menelfon balik dan mendapatkan sebuah berita yang terus mengusik pikiran. Komat-kamit penuh ketidakpercayaan.
Diperjalanan pulang menuju kampung halaman, suasana riang untuk menyambut munggahan terasa sirna. Tatapan mata kosong dengan terus bertasbih kepada-Nya. Hati yang was-was dan terus berharap bahwa kabar itu hanyalah sebuah kesalahan saja.
Mungkin hanya hoaks. Mungkin ada penipu yang berniat buruk. Atau memang sama sekali tidak benar.
Sepanjang perjalanan, yang bisa dilakukan hanyalah berdoa. Sembari mencari-cari informasi terkait kebenaran berita itu.
Mata ini terdiam ketika melihat sederet berita media online yang muncul dalam kolom pencarian Google. Berbagai media online lokal dan internasional sudah menerbitkan berita tersebut beberapa jam yang lalu.
Satu persatu dibuka dan dibaca sampai akhir. Mencari-cari daftar nama korban yang mungkin saja sudah di rilis oleh media online.
Saat itu, seluruh berita hanya memberitakan terkait kapal tenggelam di laut Korea Selatan yang membawa ABK (Anak Buah Kapal) sebanyak 9 orang. Dua orang berstatus warga negara Korea Selatan. Sedangkan 7 ABK lainnya adalah Warga Negara Indonesia (WNI).
Salah satu orang terdekat kami adalah pelaut di Korea Selatan. Kabar berita itu membuat ramai sesisi grup keluarga besar. Berharap saudara kami bukanlah korban kapal tenggelam itu.
Dalam berita, sudah ditemukan 3 ABK dalam kondisi tidak sadarkan diri. Ketiga korban ditemukan masih berada di dalam kapal tenggelam itu. Terdiri dari 2 WNI dan 1 warga Korea.