Tak terasa sebentar lagi akan memasuki bulan suci Ramadan. Suasana Ramadan yang khas sudah terasa sejak sekarang.
Terlihat dari ramainya iklan bertema puasa di televisi. Supermarket pun sudah dipenuhi dengan kue-kue kaleng khas Idul Fitri.
Menyambut penuh sukacita bulan suci Ramadan adalah hal yang dirindukan. Momentum hangat yang bisa dirasakan oleh seluruh umat muslim di muka bumi.
Momentum tertentu yang hanya bisa dilaksanakan dan dirasakan saat bulan Ramadan saja. Mulai dari buka bersama, sahur bersama keluarga, ngabuburit mencari takjil, sampai berbagai takjil ke pengandara yang berlalu lalang.
Menikmati suasana puasa bersama keluarga menjadi momentum yang paling indah. Menyiapkan sajian untuk berbuka, tarawih bersama, sahur bersama, sampai menyiapkan seragam untuk hari raya.
Flashback sejenak saat kita masih kecil ketika orangtua untuk pertama kalinya mengenalkan puasa kepada kita. Perlahan kita dilibatkan dalam momentum puasa. Yang paling ditunggu adalah mendapatkan amplop THR yang biasanya dibagikan saat berkumpul di rumah nenek.
Sebenarnya, kapan usia ideal si kecil belajar puasa? Apakah dulu ketika orangtua kita mengajak kita berpuasa dengan metode yang sudah benar?
Bagi si kecil yang tumbuh kembang di lingkungan yang menaati aturan agama Islam, ia pasti mulai bertanya-tanya terkait puasa. Apalagi ketika ada temannya yang bertutur penuh bangga sedang melaksanakan puasa dan berniat menuntaskan sampai adzan Maghrib.
Responsnya akan berbeda-beda. Ada yang cuek saja. Namun, adapula yang menjadi tertarik untuk ikut puasa di esok hari.
Memang terkadang lebih mudah mengajarkan kebenaran sedari dini. Dibandingkan mengajak pada hal-hal baik pada orang dewasa.