Lihat ke Halaman Asli

SISKA ARTATI

TERVERIFIKASI

Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Ketika Ibu (Dulu) Sedang Jatuh Cinta

Diperbarui: 23 Desember 2024   18:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gambar seorang gadis era 1950-an (sumber gambar Meta AI - Dok.Pri)

Bu, membicarakan tentang dirimu 'kan tiada habisnya. Selalu saja ada topik dan kisah menarik yang terlontar dari bibir anakmu ini. Baik cerita yang mengharu biru saat kita masih bersama, kenangan kesal hati saat engkau sedang marah padaku,  juga kerinduan saat tanganmu mengusap kepala seraya khusyu berdoa untuk belahan jiwamu yang selalu engkau sayangi ini.

Tapi semarah apapun yang pernah datang darimu, itu adalah bentuk caramu mengasihi dan menyayangiku agar lebih disiplin, lebih paham mengatur waktu, lebih menghargai pekerjaan dan lain-lain hal yang kulalui dalam kehidupan saat masa tumbuh kembangku meremaja hingga dewasa.

Itulah sebab mengapa berkisah tentang dirimu tiada habisnya, apalagi jika teringat saat kita sedang duduk bersantai berduaan menikmati suasana malam tanpa suara radio atau siaran televisi. Obrolan kita hanya berlatar suara jengkerik dikejauhan, atau desau angin yang mengombak padi di sawah, atau suara peluit kereta api yang lewat di tengah kesunyian kampung kita.

Derai tawa kita melebur saat berceloteh hal yang lucu atau nyamblek nyamuk yang nakal dengan selendang gegara mereka nimbrung mendengarkan obrolan seru di ruang tamu. Denging mereka sangat menggangu, bukan?

Bu, aku kangen dengan binar matamu saat mengenang bapak. Beliau telah lama berpulang ke hadapan Illaahi Rabbi, tetapi dirimu tetap setia tak menikah lagi hingga akhir hayatmu. Binar mata yang penuh rindu, sebagaimana aku merindukanmu pula saat ini.

Memandang foto Ibu dan Bapak, teringat ceritamu saat pertama kali berjumpa dengan Bapak dan jatuh cinta pada pandangan pertama. Tak peduli perbedaan suku dan adat, getaran cinta itu menyatukan kalian berdua.

***

Awal kisah, sependek ingatanku, Bu.

Bahwa semasa gadis, Ibu bekerja sebagai tenaga administrasi di sebuah kantor kawedanan yang mencatat data para pendatang yang bekerja di wilayah tempat tinggal Ibu. Sebuah wilayah di sebuah kepulauan Suku Melayu.

Cuaca cerah hari itu menemani kesibukan Ibu di depan mesin ketik dan buku data penduduk pendatang. Satu per satu pemuda yang datang dari pelosok daerah melaporkan data diri masing-masing di kantor ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline