Dear Agustus,
Tahun ini matahari menyapa sempurna dengan teriknya di sepanjang sepuluh hari pertama di bulan ini. Bahkan hari-hari sebelumnya, cuaca panas yang menggerahkan, tiada mengantarkan hujan 'tuk sejenak menyejukkan. Bila pun gerimis menyapa, itu datang sesaat saja. Mengusap kering yang kerontang.
Apa kabarmu, Agustus? Masih setia kah kau memeluk kenang bersamaku?
Ya, dirimu istimewa dengan segala memori yang tercipta.
***
Dear Agustus,
tiada mengira, dengan penuh rasa syukur dan haru, separuh abad usia tertempuh. Alhamdulillaah, Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, menjagaku dengan nikmat kesehatan dan umur yang berkah, aamiin.
Rasa syukur yang menggelorakan semangat menjalani kehidupan dengan ikhlas dan tawakal. Fisik menua tapi semangat harus terus muda, kan?
Bersamamu, ada duka dan suka, itu hal biasa bagi perjalanan manusia menapak hari-hari di dunia.
Di bulan ini pula, puluhan tahun silam, Bapak berpulang ke rahmatullaah dengan tenang dan damai usai berkumpul makan siang dengan Ibu dan kakak-kakakku. Sayangnya, aku hanya bisa berjunpa dengannya saat mendadak pulang dari madrasah sore, dalam kwadaan beliau telah tertidur dengan sangat nyaman, untuk selamanya. Hanya kecupan sayang terakhir yang bisa kusematkan pada beliau yang telahb terpejam.