Lihat ke Halaman Asli

SISKA ARTATI

TERVERIFIKASI

Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Jodoh untuk Surti

Diperbarui: 4 Mei 2023   13:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gambar: https://www.hipwee.com

Sudah bisa ditebak, bahwa laki-laki matang itu tidak ingin terikat apapun dengan Surti. Tetapi ia tak mau memaksakan kehendak. Bukankah cinta tidak bisa dipaksakan? Misalnya ia memaksa, harga dirinya sebagai perempuan tidak bisa menerima. Apa jadinya?

***

Matahari baru saja tumbang di ufuk barat, berpeluk dengan jingga yang menguasai warna langit kota. Surti memandang hiasan awan dari balik jendela kereta yang ditumpanginya sejak lima jam lalu. Jam menunjukkan pukul 18.22 pada arloji kesayangannya.

Surti beringsut memperbaiki posisi duduknya. Sedari dua jam lalu ia berusaha tidur menikmati perjalanan pulang ke kampung halaman. Namun matanya tak kunjung bisa terpejam, meski udara dalam gerbong cukup bersahabat dengan adanya alat pendingin ruangan. Ia pun hanya duduk sendiri tanpa penumpang sebelah yang biasanya berbasa-basi membuka obrolan seperjalanan.

Pikiran gadis muda itu menerawang. Tertuju pada lamunan beberapa hari lalu. Tentang permintaan Ibu akan kesediaannya untuk segera menikah dalam waktu dekat usai berlebaran.

Surti mendesah, lebih tepatnya menghela napas panjang. Terasa berat, sesak di dada. Ia usap wajah yang berusaha tak letih. Berharap senyumnya bisa tetap mengembang saat berjumpa dengan Ibu.

Kereta masih melaju untuk singgah ke satu stasiun berikutnya, hingga satu jam ke depan bakal tiba di kota tujuannya.


***


Becak dengan ukiran khas kotanya, telah mengantarkan gadis berhijab sampai di depan rumah yang dirindukan. Hanya butuh sepuluh menit dari stasiun. Ia mengulurkan uang duapuluh ribu pada abang becak, lalu ditambahkan sepuluh ribu. Sesekali, Surti ingin memberikan abang becak yang tampak kusut, karena malam telah menjelang.

Surti menyematkan senyum lega atas perjalanan yang cukup melelahkan raganya. Kebun dan halaman yang asri menyambutnya, memberikan semilir aroma bunga di malam hari hingga sampai pintu pagar. Ia hafal, bunga kemuning kesayangannya sedang mekar bergerombol. Harumnya membuat rileks.

Segera dibuka pintu pagar, menimbulkan bunyi klontang khas. Seraut wajah menyembul dari balik pintu yang awalnya terbuka sedikit. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline