Lihat ke Halaman Asli

SISKA ARTATI

TERVERIFIKASI

Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Terlahir Suci di Hari Fitri

Diperbarui: 21 April 2023   07:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana persiapan Salat Ied 1 Syawal 1444 H (Dok.pri. Siska Artati)

Sejak semalam, keluarga kecil kami berniat menyambut IdulFitri 1444 H pada hari Jumat 20 April 2023. Segala persiapan kami lakukan. Mulai dari berbenah rumah, memasak hidangan untuk hari raya, kendaraan untuk menuju ke tempat salat Ied berjamaah dan semangat baru untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi usai Ramadan.

Ada suasana berbeda pada lebaran tahun ini. Untuk pertama kalinya, kami merayakan sendiri tanpa berkunjung ke rumah kakak yang selama puluhan tahun ini tinggal di Kota Tepian Mahakam. Kakak telah kembali pulang menetap di kota lain di Jawa Tengah.

Putri saya juga sedikit gundah, tak akan ada lagi berkumpul bersama Budenya (panggilan untuk kakak saya). Saya hanya bisa sedikit menghibur hatinya, bahwa sebagai gantinya, kita akan silaturahim kepada sahabat-sahabat Bude yang notabene juga sahabat saya.

Ya, berkunjung kepada mereka adalah wujud penyambung silaturahim kakak agar tak putus rasa kekerabatan dan kekeluargaan yang terjalin selama ini. Meski teknologi telah maju dengan adanya video call, namun bertatap muka langsung, berjabat tangan dan ngobrol bersama, tentu lebih terasa hangat dan akrab daripada sekedar melalui gawai.

Pagi ini, bersama dengan umat Islam lainnya yang merayakan Idulfitri di hari Jumat 21 April 2023, kami melaksanakan Salat Ied berjamaah di halaman parkir Kampus Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur, berada di sekitar area Fly Over Jl. Juanda Samarinda.

Perasaan bahagia terselip merayakan hari raya, tetapi jua bercampur dengan rasa sedih karena Ramadan telah berlalu. Selama dalam perjalanan dari rumah menuju ke tempat salat, saya merenung dan melamun, akankah tahun esok masih bisa bersua dengan Ramadan?

Setiap lebaran senantiasa memiliki kenangan, setiap lebaran memiliki kesan yang berbeda. Meski ada perbedaan hari dalam merayakan, hal tersebut tidak memudarkan semangat kebersamaan di lingkungan kemasyarakatan.

Lebaran memang identik dengan segala hal yang baru. Bisa baju baru, pernak pernik isi rumah yang baru. Bisa pula gegap gempita menyambut hari kemenangan setelah selama sebulan menundukkan segala nafsu.

Namun pada inti perenungan, jiwa kitalah yang sepatutnya nerasakan kebaruan itu. Terlahir kembali menjadi suci di hari fitri. Memohon rahmat dan ampunan kepada Allah Swt, agar amal ibadah selama Ramadan mendapatkan pahala terbaik dari-Nya, menjadi penggugur dosa dan dijauhkan dari fitnah.

Semangat Idufitri mengantarkan semangat untuk menjaga kualitas pribadi yang telah tertempa di Ramadan, berharap nyala intinya itu menghiasi dan membersamai selama sebelas bulan ke depan dalam kehidupan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline