Dalam kehidupan ini, kita senantiasa diliputi rasa syukur atas berbagai kenikmatan yang Allah Swt berikan kepada para makhluk-Nya.
Nikmat iman, nikmat silaturahim, nikmat sehat, nikmat pandangan dan pendengaran yang baik, dan lain sebagainya.
Ada satu nikmat yang terkadang terlupakan oleh manusia, yaitu nikmat ketentraman hati. Sebuah kenikmatan yang tidak dapat dibeli dengan nilai apapun.
Ketika kita melihat seseorang memiliki jabatan tertentu dalam karirnya dan dengan jabatannya ia diuji, tidak lulus menjalani ujian jabatan yang disandangnya, lalu akhirnya kena cobaan berupa kasus, misalnya, maka hal tersebut menjadi gambaran agar menjadikan kita jangan iri soal jabatan atau posisi orang tersebut. Karena dibalik posisi atau jabatan tertentu, kita tidak tahu konsekuensi yang disandangnya.
Kita melihat pejabat seperti Presiden, Menteri, Jenderal atau artis dan figur publik lainnya yang mendapatkan pengamanan dan pelayanan sedemikian rupa, juga berpenampilan keren di media sosial. Kita tidak tahu apa yang dipikirkan, diresahkan, ketidaknyamanan, beban mental yang disandangnya. Kita pun tidak mengetahui isi hati yang dirasakannya atas posisi yang melekat saat itu.
Nah, apa sih yang dicari manusia di dunia ini?
Sebuah pertanyaan mendasar yang timbul pada diri setiap insan. Apabila yang dicari dan dibutuhkan adalah bahagia, dimana letaknya kebahagiaan itu?
Disadari atau tidak, diterima atau tidak, kebahagiaan itu terletak di dalam hati kita.
Barangkali anda pernah mengalami situasi dan kondisi saat tidak memiliki dana memadai untuk kebutuhan hidup sehari-hari, uang mepet tak mencukupi, lalu tetiba Anda teringat ada istri yang setia mendampingi, anak-anak yang membanggakan dengan prestasi di sekolah, taat dan patuh kepada Anda sebagai orang tua. Hal ini lalu menyelinapkan rasa bahagia di hati dan Anda mengucap syukur karenanya, maka itulah nikmat ketenteraman. Itulah rezeki yang Allah Swt berikan pada Anda.
Rezeki tak melulu berupa harta benda, bukan pula harus berupa ketenaran bak seorang selebriti, tetapi juga kenikmatan mendapatkan karunia-Nya. Bisa jadi kita berpikir, betapa menyenangkan menjadi orang terkenal, dimintai foto bersama khalayak. Apabila kepopuleran bisa menjadi dasar kebahagiaan, tidak mungkin Michael.Jackson meninggal gara-gara ketenarannya. Lagi-lagi, bahagia itu karena adanya nikmat rasa tenteram.
Mari kita cek ulang, bagaimana supaya hati menjadi tenteram sehingga kita benar-benar nyaman dan damai merasakan kenikmatan tersebut?